News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Italia

Cerita Ancaman Pembunuhan di Balik Penjualan Sandro Tonali dari AC Milan ke Newcastle

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gelandang Newcastle United Italia #08 Sandro Tonali (tengah) memeluk mantan bek Inggris #23 AC Milan Fikayo Tomori di akhir pertandingan sepak bola grup F putaran pertama Liga Champions UEFA antara AC Milan dan Newcastle di stadion San Siro di Milan pada bulan September 19, 2023.

TRIBUNNEWS.COM - Ada cerita berupa teror pembunuhan yang ditujukan kepada salah satu petinggi AC Milan saat hendak menjual Sandro Tonali ke Newcastle United.

CEO AC Milan, Giorgio Furlani, mengatakan bahwa menjual Sandro Tonali ke Newcastle United merupakan salah satu hari paling sulit baginya di klub.

Di tengah situasi yang menegangkan, ia bahkan mendapatkan ancaman pembunuhan dari penggemar.

Pernyataan Furlani ini dicantumkan dalam sebuah dokumen sepanjang 24 halaman yang dirilis oleh Harvard Business School.

Reaksi Gelandang Newcastle United Italia #08 Sandro Tonali setelah pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Newcastle United dan Crystal Palace di St James' Park pada 21 Oktober 2023. Newcastle memenangkan pertandingan pertandingan 4-0. ANDY BUCHANAN / AFP (ANDY BUCHANAN / AFP)

Dokumen tersebut berisi komentar dari sang direktur tentang bagaimana media dan penggemar dapat memengaruhi dinamika sehari-hari di dalam klub.

AC Milan memutuskan untuk menjual Tonali pada musim panas 2023 dengan nilai transfer yang dilaporkan mencapai 60 juta euro (Rp1 triliun).

Namun, langkah ini memicu kemarahan dari pendukung Rossoneri, terutama karena Tonali adalah salah satu idola klub dan penggemar setia AC Milan sejak kecil.

Furlani menggambarkan bagaimana situasi ini berdampak pada dirinya.

"Saya menyadari volatilitas karena media dan suporter membahas tentang klub kami, tetapi saya paham bahwa tidak ada cara menghindari apa yang mereka katakan di TV atau tulis di surat kabar," ujar Furlani, dikutip dari laman SempreMilan.

"Hal ini benar-benar memengaruhi Anda pada hari-hari yang buruk, dan ada hari yang lebih buruk lagi, seperti saat saya menerima ancaman pembunuhan, misalnya ketika kami menjual Tonali, salah satu pemain terbaik kami," lanjutnya.

"Pada momen seperti itu, saya berpikir 'Oke, ini adalah hal-hal yang tidak diajarkan di Harvard Business School'." tandasnya. 

Dengan kata lain, Furlani menyadari bahwa perhatian media dan penggemar dapat menciptakan ketidakstabilan.

Baca juga: Harga Mahal Kepahlawanan Tijjani Reijnders, Badai Cedera AC Milan Makin Akut

Ia mengakui bahwa tidak ada cara untuk menghindari pembicaraan tersebut, baik yang disiarkan di televisi maupun yang ditulis di surat kabar.

Situasi ini, terutama pada hari-hari yang tidak menyenangkan, sangat mempengaruhi dirinya.

Terlebih lagi, ancaman serius seperti ancaman pembunuhan yang diterimanya ketika klub memutuskan untuk menjual Tonali, menambah beban mental yang dirasakannya.

Dalam kondisi seperti ini, Furlani menyadari bahwa pengalaman tersebut tidak pernah diajarkan di Harvard Business School, tempat ia menimba ilmu sebelumnya.

Setelah pindah ke Newcastle, karier Tonali di Premier League tidak berjalan mulus.

Gelandang asal Italia itu diskors hampir satu tahun karena terlibat dalam praktik perjudian ilegal, hanya beberapa bulan setelah memulai musim pertamanya di St. James' Park.

Namun, musim ini ia kembali bermain dan menunjukkan performa positif dengan mencetak dua gol dalam pertandingan Carabao Cup melawan Brentford.

Belakangan, muncul laporan dari Italia bahwa Tonali merasa tidak bahagia di Newcastle dan mempertimbangkan kemungkinan kembali ke Serie A, dengan AC Milan dan Juventus disebut sebagai klub yang berminat.

(Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini