Pemain yang kini berusia 29 tahun itu merasa tertantang untuk bisa mensukseskan klub barunya.
"Saya sangat senang dan merasa terhormat karena bisa pindah ke Yokohama F Marinos," kata Sandy Walsh.
"Saya merasa misi saya adalah berkontribusi penuh untuk membantu klub mencapai tujuan ambisiusnya di Liga Jepang,"
"Saya telah bertemu dengan semua rekan setim saya, mereka adalah pemain hebat, kami yakin akan memiliki musim bagus bersama pelatih baru,"
"Saya akan memberikan segalanya disini, bekerja keras, berjuang setiap hari dan melakukan yang terbaik untuk membuat orang bangga,"
"Saya berharap dapat segera melihat penggemar di lapangan, mari kita jalani musim terbaik bersama-sama," tukasnya.
Dengan usianya yang sudah hampir memasuki kepala tiga, keputusan Sandy Walsh untuk berkarier di Liga Jepang, tentu akan menarik untuk dinanti.
Jika melihat rekam jejaknya, Liga Jepang tampaknya bukanlah Liga yang bersahabat khususnya bagi pemain Indonesia.
Hal ini dikarenakan banyak pemain Indonesia yang bahkan sudah berlabel Timnas kerapkali kesulitan mendapat menit bermain yang layak di Liga Jepang.
Sebut saja ada Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, Justin Hubner dan baru-baru ini Pratama Arhan.
Kualitas dari nama-nama pemain tersebut tentu tidak perlu diragukan lagi jika mengacu pada kontribusi mereka di Timnas Indonesia.
Hanya saja pada kenyataannya, hal itu belum cukup memberikan jaminan menit bermain reguler di klubnya.
Sebutan camat alias cadangan mati seakan menjadi label yang seringkali dicap untuk pemain-pemain tersebut.
Jangankan mendapat menit bermain rutin tiap laga, untuk masuk list pemain cadangan tidaklah mudah.