TRIBUNNEWS.COM - Untuk pengguna laman atau aplikasi kencan daring, nampaknya harus memperhatikan hasil studi ini, sebelum memasang foto yang berlebihan untuk menggaet pengguna lainnya.
Peneliti di University of Connecticut melakukan sebuah eksperimen untuk melihat bagaimana manusia menilai satu dengan lainnya berdasarkan foto profil di laman 'online dating'.
Mengambil sampel 671 partisipan, para peneliti tersebut menunjukkan foto seorang pria atau wanita, baik foto tampilan asli dan tampilan yang dilebih-lebihkan.
Partisipan adalah para mahasiswa dan mahasiswi tingkat pertama, usia 17 - 36 tahun.
Hasilnya para pria mengaku tidak yakin dengan wanita yang menggunakan foto yang dilebih-lebihkan, seperti menggunakan make-up serta mengatur sudut dan pencahayaan foto.
"Tapi hal tersebut tidak menghentikan para pria tersebut untuk mengencani wanita itu. Menurut mereka, wanita tersebut menarik dan mereka ingin berkencan dengannya. Namun, mereka tidak mempercayai wanita itu," kata Prof. Rory McGloin, pemimpin studi ini.
Di sisi lain, para wanita malah melihat pria dengan foto yang dilebih-lebihkan sebagai sosok yang lebih meyakinkan.
"Daya tarik yang ada pada pria berlaku seperti lingkaran gerhana. Sekali para wanita melihat pria yang menarik, mereka akan menganggap bahwa sifat-sifat lain dari pria tersebut akan baik juga," kata Prof. McGloin lagi.
Ia pun menambahkan bahwa penemuan ini menunjukkan bahwa meski wanita yang dilihat pada foto profilnya tidak sesuai dengan wajah aslinya, para pria tetap ingin mengambil risiko untuk berkencan dengannya.
Jadi, kemenarikan lebih penting dari keyakinan.
Penelitian ini mempelajari bagaimana media mempengaruhi tingkah laku manusia.
Studi tersebut juga mengeliminasi variabel selera kemenarikan seseorang yang bersifat relatif.
"Saling percaya menjadi faktor terpenting dalam hubungan apapun dan pastinya penting pula untuk membangun hubungan sosial dalam konteks berkencan. Kami malah menemukan relasi menarik antara ketertarikan dan kepercayaan dari (partisipan) pria yang melihat foto profil wanita," kata seorang asisten profesor University of Connecticut.
(Ruth Vania Christine)