TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bekerja secara freelance atau paruh waktu, bagi sebagian pelakunya, sepertinya bukan lagi sekadar mengikuti tren, melainkan sudah menjadi pilihan hidup. Mereka bisa lebih mengatur fleksibilitas waktu, antara pekerjaan dan menikmati waktu santai.
Berdasarkan laporan global dari Intuit, di masa depan, tepatnya sebelum tahun 2020, perusahaan-perusahaan pun diprediksi akan lebih menyukai untuk merekrut pekerja-pekerja paruh waktu (freelancer) daripada pekerja tetap. Lebih dari 80% korporasi besar berencana meningkatkan secara substansial penggunaan tenaga kerja yang fleksibel.
Tidak terkecuali di Indonesia. Data yang diambil dari Freelancer.com menunjukkan lebih dari 500 ribu freelancer asal Indonesia (dari total 15,5 juta pengguna global) telah terdaftar di situs bursa kerja freelance itu.
“Kami percaya bahwa pertumbuhan fenomenal Freelancer.com di Indonesia melalui website regionalnya Freelancer.co.id membuktikan bahwa orang-orang Indonesia telah menemukan cara internet dapat mendorong perkembangan bisnis mereka, sambil menghemat waktu, mengurangi biaya, serta meningkatkan pendapatan,” kata Helma Kusuma (Indonesia Country Manager, Freelance.com).
Bagaimana Memulainya?
Saat seseorang berminat untuk menjadi freelancer, biasanya ia akan dihadapkan dengan tiga opsi: freelance dijadikan pekerjaan sampingan dari pekerjaan utama sebagai cara mencari tambahan penghasilan, freelance sebagai sarana memperluas jaringan dan memperdalam keahlian profesional, atau freelance dipilih sebagai pekerjaan utama (full-time freelancer).
Apa pun opsi yang dipilih, akan muncul pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang berkaitan dengan “Bagaimana memulainya?”. Misalnya, bagaimana melakukan penawaran dan berkompetisi dengan freelancer lain? Bagaimana supaya tampil lebih menonjol? Bagaimana menentukan harga penawaran? Bagaimana mempertahankan kepercayaan dari klien/pemberi kerja?
Rintangan-rintangan ini dapat menjadi momok bagi seseorang yang benar-benar ingin memulai hidup sebagai freelancer. Di sinilah nasihat praktis dari para freelancer yang sudah berpengalaman dibutuhkan.
Dua pekan lalu (Sabtu, 13 Juni 2015), Freelancer.co.id mengadakan meet-up bersama Indonesia Freelancers Association (IFA), organisasi nonprofit yang didekasikan untuk memperbaiki kualitas kehidupan para freelancer Indonesia.
Acara tersebut digelar di Bandung Digital Valley, Bandung, dengan judul “#FAMA: Freelancers Ask Me Anything” dan didukung juga oleh RuangFreelance (blog untuk freelancer Indonesia yang didirikan oleh founder iCreativeLabs, Anggi Krisna) dan FOWAB (Forum Web Anak Bandung).
Pada kesempatan itu, hadir pembicara-pembicara yang merupakan freelancer berpengalaman, yakni Daniel G. Pratidya (Presiden Indonesia Freelancers Association (IFA) & Freelancer Profesional Excel/Visual Basic), Awan Rimbawan (Freelancer Profesional Project Management & Founder dari 21Clouds), dan Ghilky Gerdian (Freelancer Profesional 2D Motion Graphic).
Nasihat Para Ahli
Inilah nasihat-nasihat dari para freelancer ahli yang disampaikan pada acara tersebut. “Saya telah menghabiskan sebagian besar waktu saya mengerjakan proyek-proyek sebagai seorang freelancer online. Hal baik mengenai freelancing adalah bukan saja saya bebas memilih proyek apa yang akan dikerjakan, kapan saya perlu memulai dan di mana. Tapi, saya juga menghasilkan dollar hampir setiap hari, hanya dengan mengerjakan beberapa hal kecil yang memang rutin saya kerjakan di kantor. Anda akan kaget mengetahui betapa banyak orang di luar sana yang bersedia membayar Anda untuk keahlian yang Anda miliki sekarang.” – Daniel G. Pratidya (Presiden IFA & Freelancer Profesional)
“Bagi saya, freelancing merupakan penghasilan berdasarkan usaha. Ini berarti bahwa jika Anda bekerja sedikit, Anda akan berpenghasilan lebih sedikit. Dan jika Anda bekerja dengan upaya lebih, Anda akan berpenghasilan lebih besar. Tidak ada angka pasti setiap bulan, tapi itulah indahnya “rollercoaster” menjadi seorang freelancer.
Fleksibilitas waktu akan menjadi keuntungan sekaligus kutukan bagi Anda. Anda memiliki banyak sekali waktu yang bisa dihabiskan bersama keluarga Anda, dan Anda tidak perlu menjadi “tua” dalam kemacetan. Di lain pihak, terkadang Anda harus siap untuk bekerja lembur setiap hari, bahkan saat akhir minggu atau hari libur.