News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Alasan Tentara ISIS Chatting Pakai Aplikasi Telegram daripada WhatsApp

Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM – Pendiri layanan pesan instan Telegram Pavel Durov mengomentari layanan serupa sekaligus rivalnya, WhatsApp. Ia menyebut WhatsApp sebagai aplikasi yang payah.

Komentar itu dilontarkannya dalam konferensi TechCrunch Disrupt di San Fransisco, AS, Senin (21/9/2015).

"Jika Anda memakai WhatsApp dan ponsel Anda mati, Anda tidak punya akses ke pesan-pesan yang disimpan di sana. Anda (pengguna WhatsApp) tidak bisa mengirim dokumen dan WhatsApp tidak privat," kata Pavel seperti dilansir dari Venture Beat.

Soal isu privasi, yang digadang-gadang sebagai kekuatan Telegram, Durov mengklaim bahwa aplikasinya digunakan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dia berpendapat itu menunjukkan tingkat keamanan aplikasi Telegram, karena kelompok teroris sudah pasti tidak akan menggunakan produk yang dinilai mengancam.

"Jika mereka melihat alat ini tidak aman, mereka akan segera meninggalkannya. Kami tidak harus merasa bersalah karena aplikasi ini dipakai mereka. Kami masih melakukan hal yang benar, melindungi privasi pengguna kami," terang Durov.

Durov juga mengumumkan, Telegram kini telah mengirimkan 12 miliar pesan per hari. Jumlah tersebut merupakan peningkatan dibandingkan Agustus lalu yang hanya mencapai 10 miliar pesan.

Ia tidak mengungkap seberapa besar jumlah pengguna layanannya saat ini. Tapi pada Mei lalu, tercatat bahwa Telegram berhasil meraih sekitar 62 juta orang pengguna aktif. Di sisi lain, WhatsApp saat ini memiliki jumlah pengguna aktif sekitar 900 juta orang.

Dalam waktu dekat ini, Telegram disebut akan mengembangkan sebuah Application Programing Interface (API) sistem pembayaran. Menurut Pavel, API ini tidak dikembangkan sendiri melainkan melalui kerja sama dengan pihak di luar Telegram.

Telegram merupakan perusahaan rintisan digital yang baru berusia dua tahun. Selama ini mereka belum mengambil uang dari para investor.

Tampaknya Telegram dibuat dengan cara bootstrap dari dana pribadi Durov saat menjual sahamnya dalam media sosial Russia Vkontakte. Dia enggan mengungkap berapa besar uang yang diperoleh dari penjualan itu, tapi desas-desus yang beredar nilai penjualan sahamnya mencapai sekitar 300 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,3 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini