TRIBUNNEWS.COM – Opera mendapat tawaran akuisisi dengan nilai yang sangat menggiurkan dari sekelompok perusahaan asal China.
Perusahaan asal Norwegia yang terkenal dengan aplikasi peramban (browser) itu mengumumkan telah ditawarkan uang sebesar 1,2 miliar dollar AS.
Atau sekitar Rp 16,1 triliun untuk melepas 100 persen sahamnya.
Nilai itu sendiri bernilai 53 persen lebih tinggi atau senilai 71 kroner (8,28 dollar AS) per lembarnya pada sesi penutupan perdagangan saham pada 4 Februari lalu.
Tawaran pembelian 100 persen saham itu sendiri datang dari sebuah grup yang terdiri dari perusahaan software Kunlun dan Qihoo 360, yang didanai oleh Golden Brick dan Yonglian.
Dewan direksi Opera menyarankan kepada pemegang saham untuk menerima tawaran tersebut.
"Ada logika yang kuat dan strategis untuk akuisisi Opera oleh konsorsium tersebut," ujar Lars Boilsen, CEO Opera.
"Kepemilikan oleh konsorsium tersebut akan memperkuat posisi Opera untuk melayani pengguna dan rekanan dengan inovasi yang lebih baik, dan untuk rencana akselerasi dan peningkatan," tambahnya lagi.
Apabila akuisisi tersebut tercapai, Kunlun dan Qihoo 360 berharap dapat lebih leluasa memasarkan produknya ke pengguna Opera.
Sementara itu, bagi Opera, bisa lebih meningkatkan platform periklanannya di China.
Pada pertengahan tahun 2015, Opera mengklaim telah berhasil meraih 800 juta pengunjung unik setiap bulannya, salah satu yang terbesar saat ini.
Meskipun begitu, keuangan Opera sendiri tidak menunjukkan prestasi yang menggembirakan.
Pangsa pasar browser miliknya kalah bersaing dengan perusahaan besar seperti Google dan Mozilla. Penjualan iklan di jaringannya pun tidak begitu baik.