TRIBUNNEWS.COM – Dalam ajang konferensi developer I/O 2016 yang berlangsung pekan lalu, Google memperkenalkan aplikasi pesan instan baru bernama Allo.
Di aplikasi ini, Google turut membenamkan fitur enkripsi end-to-end dari Open Whisper Systems yang mampu mencegah percakapan disadap oleh siapapun, termasuk agen pemerintah.
Tapi enkripsi tersebut tidak diaktifkan secara default layaknya pada instant messenger lain seperti WhatsApp.
Untuk menyalakannya, pengguna harus lebih dahulu masuk ke mode “incognito”.
Hal ini, menurut pembocor dokumen NSA Edward Snowden, merupakan kelemahan besar dari Allo dalam hal privasi pengguna.
“Aplikasi chatting ini tidak aman, hindarilah untuk sementara waktu,” tulis Snowden dalam sebuah tweet yang dirangkum dari The Washington Post, Senin (23/5/2016).
Mengapa Google mematikan enkripsi secara default pada Allo? Rupanya sarana keamanan tersebut bisa mengganggu kerja fitur utama yang dijadikan andalan oleh Google.
Allo memiliki integrasi dengan AI Google Assistant yang bisa membantu melakukan berbagai macam hal.
Seperti memberi saran soal balasan seperti apa yang biasa dilakukan, atau memesan tempat di restoran untuk pengguna dan lawan bicara.
AI Google Assistant bekerja dengan menganalisa isi pesan pengguna.
Kalau enkripsi diaktifkan, maka kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) ini tidak bisa membaca pesan pengguna dan tak mampu berfungsi.
Nantinya, ada kemungkinan Google bakal mengaktifkan mode incognito secara default.
Namun untuk sementara, pengguna Allo harus memilih antara privasi atau bantuan Google Assistant.