TRIBUNNEWS.COM - Beberapa hari terakhir, pengguna WhatsApp mulai familier dengan fitur Meta Artificial Intelligence (AI) atau Meta AI.
Pengguna WhatsApp dapat mengobrol dengan Meta AI, tidak hanya secara pribadi, namun bisa menghadirkannya dalam pesan grup.
Selain itu, pengguna bisa menghadirkan Meta AI sebagai 'orang ketiga' dalam chat pribadi.
Hadirnya Meta AI menjadi respons perusahaan milik Mark Zuckerberg terhadap ChatGPT dari OpenAI, chatbot yang mengguncang industri teknologi pada tahun 2022, serta bot serupa seperti Google Gemini dan Bing AI dari Microsoft.
Generator gambar Meta juga bersaing dengan alat pencitraan AI seperti Adobe Firefly, Midjourney, dan DALL-E.
Berbeda dengan sejumlah chatbot dan generator gambar lainnya, asisten AI Meta diberikan gratis dan terintegrasi ke dalam WhatsApp.
“Kami percaya bahwa Meta AI kini adalah asisten AI paling cerdas yang dapat Anda gunakan secara gratis,” tulis Mark Zuckerberg, CEO Meta, di Instagram pada 18 April 2024 lalu.
Dikutip dari timesnownews, chatbot ini didukung oleh model bahasa Llama 3.2 yang dikembangkan oleh Meta, memungkinkan asisten AI ini memberikan respons yang mirip dengan manusia.
Sejak diluncurkan, raksasa media sosial tersebut terus memperkenalkan fitur-fitur baru pada Meta AI untuk menarik lebih banyak pengguna.
Meski begitu, pakar teknologi Brian X Chen menyarankan agar pengguna Meta AI berhati-hati dan tidak percaya sepenuhnya.
Dilansir NY Times, Brian menyebut Meta AI kerap membuat kesalahan, terutama apabila diperlakukan seperti mesin pencari.
Baca juga: Panduan Lengkap Aktifkan Meta AI di WhatsApp
Menurutnya, Meta AI cocok untuk menggenerator gambar dan mengekspresikan diri saat mengobrol dengan teman-teman.
1. Meta AI Bukan Mesin Pencari
Meta menyebut chatbot-nya bisa menjadi pengganti pencarian web.
"Namun, saya akan berbicara blak-blakan, jangan lakukan ini. Meta AI gagal total dalam pencarian dasar seperti mencari resep, harga tiket pesawat, dan aktivitas akhir pekan," ungkap Brian.