TRIBUNNEWS.COM, AS - Hakim di Amerika Serikat (AS) memutuskan perusahaan mata-mata Israel bertanggung jawab atas peretasan WhatsApp (WA).
Seorang hakim AS telah memutuskan mendukung pemilik WhatsApp Meta dalam gugatan yang menuduh firma mata-mata Israel NSO Group mengeksploitasi bug di aplikasi perpesanan tersebut untuk memasang perangkat lunak mata-mata.
Program tersebut, yang dikenal sebagai Pegasus, mengirimkan spyware ke ponsel yang ditargetkan melalui server WhatsApp.
Alat ini memungkinkan pengawasan terhadap 1.400 orang, termasuk jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan pembangkang, menurut gugatan tersebut.
Pada Jumat (20/12/2024), hakim Distrik Utara California Phyllis Hamilton memutuskan NSO Group bertanggung jawab atas peretasan dan pelanggaran kontrak.
Hal itu menurut dokumen pengadilan yang menemukan dalam kasus lima tahun lalu bahwa Pegasus melanggar Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer AS.
"Kami berterima kasih atas keputusan hari ini," kata juru bicara WhatsApp, Carl Woog, seraya menambahkan bahwa perusahaan tersebut yakin putusan tersebut merupakan putusan pertama yang meminta pertanggungjawaban vendor spyware besar atas kejahatan semacam itu.
“NSO tidak dapat lagi menghindari pertanggungjawaban atas serangan ilegal mereka terhadap WhatsApp, jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan masyarakat sipil. Dengan putusan ini, perusahaan spyware harus diberi tahu bahwa tindakan ilegal mereka tidak akan ditoleransi,” kata Woog.
Hamilton memutuskan bahwa kasus tersebut sekarang harus dilanjutkan ke pengadilan untuk menentukan berapa banyak NSO harus membayar ganti rugi perdata.
Penyadapan atau peretasan adalah kondisi ketika perangkat diakses atau dimodifikasi oleh pihak tidak berwenang.
Tujuannya bisa untuk mencuri informasi pribadi, mendengarkan percakapan, atau memata-matai aktivitas penggunanya.
Warga Yordania Korbannya
Di awal tahun 2024 ini, lusinan perangkat komunikasi dan elektronik milik aktivis, jurnalis, dan pengacara di Yordania dilaporkan kena retas menggunakan spyware Israel yang terkenal, Pegasus.
Menurut investigasi yang dilakukan oleh Access Now dan Citizen Lab, penyerang atau pihak tidak dikenal menggunakan spyware untuk menargetkan perangkat milik 35 anggota masyarakat sipil Yordania yang terlibat dalam membela kebebasan sipil dan politik, aktivis hak asasi manusia, dan jurnalis yang meliput berita yang berfokus pada korupsi.