TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vera mengangkat gagang telepon lalu memutar nomor.
Setelah berbicara beberapa saat dengan seseorang yang disebut sebagai “distributor”, wanita berkerudung pink itu kembali mendatangi sisi counter tokonya, lantai 2 pusat gadget mal ITC Kuningan, Jakarta.
“Ada mas barangnya, Galaxy Note 7. Harganya 11 juta, 64 GB” katanya, Rabu (21/9/2016) sore itu, sambil mengingatkan bahwa perangkat dimaksud diperoleh dari jalur non-resmi alias black market (BM).
“Nggak bisa klaim garansi di sini,” katanya.
Dia mengaku tak tahu apakah Galaxy Note 7 tersebut merupakan versi “aman” atau masih versi lama yang seharusnya sudah ditarik dari pasaran.
Samsung melakukan recall Galaxy Note 7 dari pasaran dunia pada awal bulan ini. Pre-order yang kadung dilakukan oleh konsumen Indonesia pun terpaksa dibatalkan dengan pengembalian uang.
Perangkat yang sempat mencetak rekor sebagai handset Galaxy paling banyak dipesan itu batal beredar sebelum sempat dijual di toko-toko ritel gadget Tanah Air, setidaknya untuk versi resmi dari Samsung.
Toko milik Vera merupakan satu dari segelintir toko di ITC Kuningan yang masih menyediakan Galaxy Note 7 non-resmi tanpa garansi.
Sebagian besar penjaga toko hanya menggeleng ketika ditanyai soal ketersediaan perangkat yang bersangkutan.
Toko-toko yang masih memiliki Galaxy Note 7 BM tak selalu memperoleh perangkat tersebut dari pemasok lain.
Joni, seorang pemilik toko lain di lantai yang sama, misalnya, mengaku baru memperoleh satu unit dari seseorang secara pribadi.
“Dia dapat hadiah, dari Singapura. Lalu dijual ke saya dalam keadaan dimatikan,” ujar Joni, sambil menyebutkan soal permasalahan panas Galaxy Note 7 yang menyebabkan maskapai-maskapai penerbangan dunia melarang pemakaiannya di dalam pesawat.
Para pedagang di ITC Kuningan paham betul dengan problem Galaxy Note 7 yang rawan terbakar karena overheating baterai.
Lantaran itulah, menurut Joni, para pedagang kesulitan mendapat stok, bahkan barang “BM” sekalipun.
Barang resmi tidak ada karena versi aman dari Galaxy Note 7 memang belum dirilis kembali oleh Samsung di Indonesia, sementara versi lama yang tidak aman belum sempat beredar sebelum ditarik.
“Susah itu, mau dibawa naik pesawat, kapal, nggak bisa. Kan repot kalau dia tiba-tiba terbakar kalau lagi di-transport,” kata Joni. (oik yusuf/kompas.com)