TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Di negara-negara maju, produk elektronik untuk pendingin ruangan (AC) jenis inventer sudah sejak lama digunakan secara luas karena lebih hemat energi.
AC yang dipasarkan di negara-negara Eropa, sudah 100 persen berjenis inventer. Begitu juga di Singapura dan Australia.
Namun, fakta berbeda terlihat di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data internal PT LG Electronics Indonesia, penggunaan AC inventer di Indonesia baru sekitar 4 persen dari total AC yang diserap pasar.
Angka ini jauh di bawah beberapa negara tetangga di ASEAN seperti Filipina yang serapan AC inventer-nya sudah mencapai 77 persen, Thailand 29 persen, dan Vietnam 52 persen.
"Standar penghematan energi listrik pada AC, yang paling bagus adalah standar di Eropa," kata Arief Sasono Aji, Product Marketing Head Residential AC PT LG Electronics Indonesia di kantornya, Selasa (20/12/2016).
Arief menjelaskan, kecenderungan yang bagus saat ini terlihat di negara-negara ASEAN yang Pemerintahnya mulai ketat memberlakukan regulasi yang mendorong masyarakatnya menggunakan produk elektronik yang bersertifikat hemat energi.
Tren itu juga terlihat di Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak Agustus 2016 meluncurkan program 'Potong 10 Persen' yang mengajak masyarakat menurunkan konsumsi energi rumah tangganya hingga 10 persen dari rata-rata penggunaan bulanan melalui berbagai langkah penghematan.
Satu diantaranya melalui penggunaan produk elektronik yang rendah daya listrik. "Kami di LG Electronics Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang ditunjuk mensosialisasikan program tersebut," ungkap Arief.
Merespon program kampanye Kementerian ESDM ini, LG kemudian mulai mengganti produk pendingin ruangan (AC) yang dipasarkannya di Indonesia dari AC berteknologi on/off menjadi AC yang 100 persen berteknologi inventer, lewat rangkaian produk AC LG Dual Cool series .
Berkaca pada pengalaman di beberapa negara, AC inventer ke depan akan banyak diserap pasar seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap AC yang hemat energi.
"Pemerintah China sejak 2008 sudah berlakukan ketentuan ERR (effciency energy ratio) yang membuat penjualan AC inverter naik tajam. Di Iran, pembelian AC Inventer melonjak tajam sejak tarif listrik naik tajam pada 2010. Negara-negara di ASEAN mulai ketat memberlakukan regulasi di bidang energi dan mengajukan rakyatnya menggunakan peralatan elektronik yang hemat energi," jelasnya.
Tanda bintang
Dia juga memaparkan, di Indonesia, standar AC dengan teknologi hemat energi ditandai dengan tanda bintang. Dari bintang satu sampai bintang empat. Makin banyak bintang pada label di produk AC tersebut, maknanya produk AC tersebut makin hemat energi.
Sosialisasi program semacam ini menurutnya bagus lantaran penggunaan AC di rumah pada rata-rata keluarga di Indonesia bisa mencapai 60 persen dari total pengunaan listrik bulanan.
"Listrik 1/2 PK konsumsi daya listriknya mencapai 400 watts," Arief mencontohkan.
Penjualan produk AC LG di Indonesia menurut Arief menunjukkan tren posotif sepanjang 2016 ini.
"Tahun ini pasar AC residensial kita naik sekitar 19 persen meski ada tren penurunan pangsa pasar di kuartal IV. Selama Januari sampai Agustus (kuartal I- III) pasar kita bagus sekali. Tapi di kuartal IV turun karena adanya pengaruh dari program tax amnesty yang membuat orang menahan pembelian produk AC dan elektronik," paparnya.
Arief merinci, untuk seluruh consumer electronics di Indonesia penjualan tertinggi produk LG masih dikontribusi oleh produk televisi yang pangsa pasarnya di 2016 ini mencapai 35 persen, lalu disusul produk AC dengan market share 25 persen, dan mesin cuci 15 persen.
Tahun 2017, LG memproyeksikan pasarnya tumbuh 15 persen untuk semua jenis produk elektronik.