Menurut penelitian Gartner, Januari 2015 yag berjudul Predicts 2015: The Internet of Things,” pasar piranti cerdas menunjukkan peningkatan eksponensial.
Diramalkan, tahun 2019 nanti penjualan piranti cerdas smart home devices mencapai 2 miliar unit dengan nilai sekitar 490 miliar dollar AS.
Namun begitu masih ada pertanyaan, mengapa teknologi semacam ini masih belum diterima luas? Mengapa masyarakat sepertinya lamban mengadopsinya?
Masih menurut penelitian yang sama, alasannya ada dua. Pertama soal harga. Hampir dua pertiga konsumen menganggap layanan dan piranti cerdas terlalu mahal.
Alasan kedua, desain piranti yang dianggap kurang cocok dengan kebutuhan pengguna.
Survey Accenture tahun 2016 berjudul “Igniting Growth in Consumer Technology,” menunjukkan setidaknya 23 persen konsumen masih meragukan apakah piranti pintar akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan alasan itu, Lenovo mengembangkan Smart Assistant yang bisa digunakan.
“Tujuan kami bukan semata-mata membuat piranti dengan teknologi canggih,” kata Dilip. “Kami membuat produk yang benar-benar mengerti dan bisa dipakai sehari-hari oleh konsumen.”
Dengan pendekatan tersebut, Lenovo Smart Assistant akan hadir awal Mei 2017 dengan harga sekitar 129.99 dollar AS atau sekitar Rp 1,7 juta, dan tersedia dalam warna abu-abu, hijau dan jingga.
Kelak, seperti Tony Stark dengan JARVIS-nya, kita pun bisa berbicara, bertanya, memberi perintah, dan berinteraksi dengan mesin di rumah kita sendiri.
Penulis: Wisnubrata