TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kian banyak vendor smartphone China yang memasarkan produknya di Indonesia.
Meski demikian, vendor-vendor asal Negeri Tirai Bambu itu masih memiliki pekerjaan rumah (PR) yang belum selesai.
Menurut Risky Febrian, Associate Market Analyst IDC Indonesia, vendor-vendor smartphone asal China masih harus mengembangkan jaringan purna jualnya secara luas di Indonesia.
"Hal itu dikarenakan masih ada stigma negatif di kalangan pasar indonesia yang menilai ponsel merek China lebih mudah rusak dan sulit diperbaiki," demikian kata Risky dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/3/2017).
Oleh karena itu, vendor-vendor smartphone China seperti Oppo, Vivo, Xiaomi, Huawei, dan vendor China lainnya, perlu memperbiki kinerja layanan purna jual, sehingga dapat menghilangkan stigma negatif tersebut, dan dipercaya di pasar Indonesia.
Risky juga mengatakan bahwa inovasi fitur dalam smartphone saja tidak cukup untuk menguasai pasar Indonesia.
"Inovasi merupakan hal yang penting untuk menarik minat pembeli, akan tetapi juga harus diimbangi dengan jaminan after sales service yang tersedia luas," kata Risky.
Salah satu inovasi yang dicontohkan Risky adalah fitur dual-camera selfie yang dikenalkan Oppo dalam seri F3 Plus yang dirilis pada pekan ini juga.
(Reska K. Nistanto/kompas.com)