Selain sebagai penyanyi, Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe) juga sibuk mengembangkan aplikasi smartphone. Vokalis grup musik Letto ini sedangkan mengembangkan aplikasi online untuk para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Aplikasi ini dirancang sebagai media komunikasi dan informasi bagi TKI dan keluarganya. Ide ini disambut baik oleh Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri.
“Dengan aplikasi ini, keluarga TKI bisa berkomunikasi dan mengetahui posisi TKI yang sedang bekerja di luar negeri. Jika TKI berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bisa diketahui posisinya secara akurat oleh keluarganya di tanah air,” kata Menteri Hanif seusai menerima Noe di Kantor Kemnaker pada hari Senin (8/5/2017).
Menaker menjabarkan lebih lanjut, aplikasi tadi juga terdapat fasilitas untuk mengabarkan apabila terjadi keadaan yang tidak baik pada TKI.
Misalnya TKI ada masalah, baik sifatnya kriminal, sifatnya kesehatan, sifatnya perlakuan tidak baik dari majikan atau apapun itu. Itu bisa dikabarkan melalui aplikasi ke keluarganya atau ke lingkungan terdekatnya sesama TKI.
“Aplikasi baru tersebut harus terintegrasi dengan aplikasi dan sistem informasi dan komunikasi yang sudah dibangun oleh pemerintah saat ini. Sehingga, tidak menimbulkan kerancuan atau miss communication maupun tumpang tindih dengan sistem yang sudah ada,” jelas Menaker Hanif.
Menaker Hanif berharap kedepannya tidak terlalu banyak aplikasi yang berhubungan dengan TKI tapi semua terintegrasi menjadi satu. Dalam satu sistem terdapat semua data, informasi dan semua yang dibutuhkan TKI.
“Kita sangat mengapresiasi dan mendukung penuh aplikasi mengenai TKI, karena saat ini banyak keluarga TKI yang mengkhawatirkan sanak keluarganya yang bekerja di luar negeri, karena terbatasnya akses komunikasi tersebut. aplikasi ini diharapkan dapat mengatasi persoalan tersebut,” kata Menaker Hanif.
Menaker pun menjelaskan, pemerintah sangat mengapresiasi gagasan aplikasi sistem komunikasi dan informasi bagi TKI tersebut. Karena, dengan adanya sistem komunikasi yang berbasis jejaring sosial, hal ini akan meningkatkan solidaritas diantara sesama TKI.
Selain itu, keluarga TKI yang ada di Indonesia juga dapat mengetahui kondisi TKI kapanpun.
Ia pun meminta jajaran Kemnaker untuk mengkaji sistem aplikasi ini. Agar, manfaat dari sistem aplikasi ini bisa direalisasikan secepatnya.
“Kita akan melakukan pendalaman dan bagaimana secara teknis aplikasi yang tadi dipresentasikan itu segera direalisasikan,” paparnya.
Sementara Noe Letto menjelaskan, aplikasi TKI ini sejatinya akan meningkatkan perlindungan terhadap TKI di luar negeri. Karena sifatnya sebagai media sosial, rekan-rekan se-profesi bisa merespon dan mengatasi permasalahan yang sifatnya ringan diantara sesama TKI.
“Kita harapkan aplikasi ini dapat meningkatkan perlindungan terhadap TKI kita di luar negeri. Keluarga TKI yang berada di tanah air dapat lebih mudah berhubungan secara online,” kata Noe.
“Bayangan saya nanti, respon atas suatu masalah kalau bisa ditangani oleh teman-teman dia sendiri itu lebih cepat dengan aplikasi ini. Misalnya, masalah kesehatan, tiba-tiba TKI merasa pusing dan dia tidak tahu harus beli dimana. Lalu temannya TKI lain yang menggunakan aplikasi bisa merespon, memberi tahu kamu didaerah ini ya bisa beli obat di sini atau apa,” tutup Noe. (*)