News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pabrik 'Follower' Palsu di Twitter Diusut. Pelanggannya Politisi, Aktor, hingga Pengusaha

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Twitter di depan kantor Twitter di San Francisco, AS.

Menurut keterangan di situs webnya, Devumi "telah membantu lebih dari 200.000 bisnis, selebritas, musikus, bintang YouTube, dan profesi lainnya mendapatkan lebih banyak perhatian dan memberi dampak pada audiensi mereka."

Perusahaan tersebut terdaftar dengan alamat New York City, namun New York Times menuduh alamat itu palsu.

Mereka melapokan bahwa kantor sebenarnya ada di Florida, dan perusahaan juga memiliki pegawai di Filipina.

Twitter menanggapi investigasi ini dengan mengatakan mereka berupaya menghentikan Devumi dan perusahaan-perusahaan serupa.

"Taktik yang dilancarkan Devumi di platform kami dan lainnya, sebagaimana dijelaskan dalam artikel NYT hari ini, melanggar kebijakan kami dan tidak bisa diterima. Kami berupaya menghentikan mereka dan perusahaan yang seperti mereka," cuit akun resmi Twitter.

Di masa lalu, Twitter dituduh tidak menanggapi masalah ini dengan cukup serius. Perusahaan tersebut seringkali menepis investigasi tentang bot karena "tidak akurat dan metodenya cacat".

Twitter memang mengizinkan akun otomatis, tapi platform itu dengan tegas melarang akun-akun tersebut diperjualbelikan. Mereka mengatakan akan menskors akun yang ketahuan membeli pengikut, retweet, atau like.

Namun demikian, seorang juru bicara berkata kepada New York Times bahwa perusahaan jarang benar-benar melakukannya, karena jual-beli tersebut sulit dibuktikan.

New York Times menyebut Devumi menyimpan persediaan sedikitnya 3,5 juta akun otomatis, sebagian besarnya dijual berulang kali.

Surat kabar itu menduga sedikitnya 55.000 akun tersebut "menggunakan nama, gambar profil, kota asal, dan informasi pribadi lainnya dari pengguna Twitter sungguhan, termasuk anak di bawah umur".

"Akun-akun ini adalah mata uang palsu dalam ekonomi pengaruh di dunia maya yang tengah berkembang pesat, menggapai industri apapun di mana audiensi massa - atau ilusi tentangnya - bisa diubah menjadi uang. Akun palsu, yang dibuat oleh pemerintah, pelaku kriminal, dan wirausahawan, kini memenuhi jaringan media sosial," tulis mereka dalam laporannya.

New York Times menemukan bahwa banyak akun Twitter terkenal memiliki follower dari 'pabrik' Devumi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini