TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sukses membangun bisnis di bidang solusi teknologi informasi (TI) dan programming, Faizal Hermiansyah, yang membangun Eight Code tahun 2011, kemudian mengembangkan bisnisnya ke e-learning.
Dari pengalamannya selama ini, ia melihat, kualitas sumber daya manusia (SDM) TI di Indonesia harus ditingkatkan.
Belajar secara online merupakan solusi yang cocok untuk Indonesia yang luas dan terdiri dari banyak pulau.
Pria kelahiran 1993 yang gemar berorganisasi ini mulai berbisnis sejak kuliah tingkat pertama dengan kemampuannya di programming.
Ketika itu, ia mendirikan perusahaan Eight Code. Seiring waktu, kliennya makin banyak.
Dari mereka, Faizal mengetahui kebutuhan akan tenaga ahli TI andal sangat tinggi. Kini, karyawannya sudah mencapai 20 orang.
“Ketika proyek sedang tinggi, saya ambil tenaga lepas TI. Sayangnya, mereka masih di bawah standar kemampuan walau lulusan S1,” tuturnya.
Kebutuhan dirasakan makin besar, terlebih dengan menjamurnya start-up dalam 2-3 tahun terakhir.
“Banyak start-up, tak semua tim TI-nya in-house. Di antara mereka ada yang menggunakan tenaga freelence atau outsource, terutama di tenaga programmer dan teknis,” katanya.
Dengan outsource melalui Eight Code, menurutnya, mereka tak perlu memberi training sendiri.
“Makanya, kami lihat kebutuhan orang TI itu tinggi, budget terbatas, butuh tenaga TI bisa dengan Eight Code. Kami sebagai dapur dan software house mereka,” jelasnya.
Ia menyebut, saat ini ada sekitar 40-50 start-up yang menggunakan jasa Eight Code.
Dalam pandangan lulusan Universitas Budi Luhur ini, pebisnis bagus harus pandai melihat peluang sebab punya lokomotif yang terus digerakkan.
Ia melihat, peluang dalam pengembangan SDM TI sangat besar mengingat ada 5 juta UKM di Indonesia saat ini.
“Kekuatan saya di customize dan menjamin keamanan mereka. Tantangannya, sampai saat ini, meyakinkan calon klien apalagi belum mengenal Eight Code. Dengan layanan dan kualitas, makin lama kami mendapat posisi. Apalagi setelah saya aktif di HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), saya jadikan setiap kegiatan organisasi sebagai ajang sosialiasi dan branding perusahaan,” imbuhnya, sambil menyebut saat ini omset bisnisnya sudah ratusan juta per bulan.
Sejak Desember 2017, Eight Code sudah meluncurkan Eight Code Class. Pasalnya, dalam pengamatannya, saat ini, Indonesia dalam kondisi darurat SDM teknologi dan programing.
“Start-up menjamur tapi kurang orang. Banyak ambil dari India dan Singapura karena lulusan baru kurang mumpuni,” ungkap Ketua Umum HIPMI Perguruan Tinggi (PT) Provinsi Banten ini.
Eight Code Class adalah kelas online dari programming dan TI. Kelas ini dibuka dalam tiga kelas yaitu Front end Development yaitu kelas membuat website dari awal dengan harga kursus Rp 300 ribu.
Kedua, Back end Development, siswa mulai belajar sistem dengan harga kursus Rp500 ribu per bulan.
Terakhir, Full Stack Development, dimana, bisa belajar kedua kelas dengan harga Rp 700 ribu.
Kursus per kelas online ini digelar dua bulan, serta mendapatkan tes dan sertifikat.
Faizal memastikan, para peserta kursus akan mendapat pekerjaan terutama jika mereka masuk kelas Full Stack Development. Selain online, di kelas ini juga bisa offline.
Dalam kelas online, siswa belajar lewat video call dengan pengajar.
Faizal mengatakan, saat ini peminat terbesar ada di Bali dan Kalimantan karena akses internetnya sudah bagus. Sekitar 100 siswa sudah tergabung dalam Eight Code Class.
“Kelas online ini menjadi solusi. Budget lebih murah dan menjangkau wilayah lebih luas. Sebelumnya sudah buka kelas off line berbiaya Rp10 juta untuk 3 bulan kursus dan baru satu bacth,” tuturnya.
Promosi untuk kelas online ini banyak dilakukan di kampus-kampus.
“Apalagi setelah saya merilis buku tentang perjalanan bisnis saya Start from Minus to Business Tree Concept, dan tersebar di toko Gramedia, saya banyak jadi pembicara di kampus-kampus. Saya juga gunakan media sosial untuk promosi,” papar bungsu dari tiga bersaudara ini.