TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjamurnya toko online membuat orang semakin mudah untuk memperoleh barang kebutuhannya.
Namun, di sisi lain hal ini juga membuat sebuah candu bagi beberapa orang untuk selalu berbelanja, bahkan untuk barang-barang yang tidak diperlukan.
Baru-baru ini, sebuah studi oleh perusahaan riset pasar YouGov pada perilaku pembelian konsumen di seluruh APAC disurvei hampir 10.000 orang di 10 negara, termasuk China, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Dilansir dari Business Insider, ada tiga kesimpulan menarik berdasarkan statistik tentang kebiasaan berbelanja di toko online:
1. Kita akan menginginkan pakaian baru jika melihat-lihat toko online
Penelitian menemukan bahwa separuh dari semua pembeli mendapatkan keinginan membeli pakaian baru melalui toko online.
Hal ini berarti bahwa hanya menelusuri toko onlinesudah membuat orang berpikir tentang jenis pakaian yang mereka kenakan dan pada gilirannya memiliki keinginan untuk membeli sesuatu yang baru.
2. Kita mungkin akan memilih kaus hitam dengan harga yang sangat murah
Terlepas dari kenyataan bahwa orang menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja, pakaian santai adalah pakaian yang paling banyak dibeli, menurut sebuah studi.
Baca: Rupiah Berbalik Menguat ke Posisi Rp 14.875 per Dolar AS
Dan ketika membeli pakaian secara online, harga adalah kriteria utama untuk membeli barang baru, bahkan lebih penting daripada kualitas.
Pakaian hitam adalah warna yang paling populer di kalangan pembeli, diikuti oleh warna biru dan putih.
3. Orang membeli pakaian hanya karena sedang diskon
Rata-rata, sepertiga dari lemari pakaian seseorang terdiri dari pakaian yang dibeli secara online dan sebagian dari pakaian ini adalah dari diskon.
Menurut penelitian, hampir separuh orang di Asia Pasifik membeli pakaian online setidaknya sebulan sekali dan sekitar setengah orang yang disurvei mengatakan mereka membeli pakaian hanya karena sedang diskon.