Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Kehadiran layanan Netlix di Indonesia pada 2016 lalu mendapat respon heboh dari para penikmat film dan serial TV tanah air.
Baru-baru ini, perusahaan asal Amerika Serikat itu menggandeng sutradara Timo Tjahjanto, aktor Joe Taslim dan Iko Uwais untuk konten original pertama dari Indonesia, The Night Comes for Us.
Menghadirkan film penuh aksi yang brutal dan intens, Netflix berhasil menarik perhatian masyarakat Asia sekaligus membawa film itu mendunia.
Kini, perusahaan yang identik dengan warna oranye itu hadir di 190 negara dan memiliki 188,9 juta pelanggan berbayar.
Di balik kesuksesannya saat ini, Netflix memiliki perjalanan yang panjang dan unik. Co-founder sekaligus CEO Netflix, Reed Hastings mengungkapkan bisnisnya dimulai dari sebuah rental DVD.
"20 tahun lalu saya dan Ted Sarandos luncurkan situs untuk jual dan sewakam DVd yang populer saat itu. Kami kirimkan lewat pos (mailing), dan mendapat pelanggan. Di situ lah kami menyadari ada potensi pasar yang besar," kata Hastings di Netflix See What's Next di Marina Bay Covention Centre, Singapura, Kamis (8/11/2018).
Baca: Mantap, Netflix Sekarang Dilengkapi Subtitle Bahasa Indonesia
Berselang tiga tahun, mereka sudah punya 600 ribu pendaftar resmi di Amerika Serikat hingga mencapai 4,2 juta pelanggan di 2015.
Netflix resmi menyediakan layanan streaming film dan serial TV di 2007. Namanya semakin besar ketika memunculkan konten original 'House of Cards' di 2013.
"House of Cards seperti godfather bagi kami. Saat ini kami terus mencari talenta dan kreator berbakat untuk menghasilkam cerita yang bisa dinikmati masyarakat global," ucapnya.
Istilah
Di 2018, Netflix memecahkan rekor, yang dipegang HBO selama 17 tahun terakhir, sebagi peraih penghargaan Emmy Award terbanyak sepanjang masa dengan 112 tropi.
Untuk kuartal fiskal terakhir pada 31 Maret tahun ini, Netflix melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 40 persen menjadi 3,7 miliar dolar AS. Streaming internasional meningkat 70 persen menjadi 1,78 miliar dolar AS, dan streaming domestik meningkat 24 persen menjadi 1,82 miliar.
"Ketika berbicara tentang seluruh dunia, kami masih merasa kecil dan harus terus berkembang. Youtube punya jumlah penonton tujuh kali lebih banyak penonton akan diganggu iklan," ujarnya.
"Yang kami lakukan berbeda. Kami menghasilkan cerita. Dari semua orang termasuk di Asia, kami menghasilkan cerita. Ketika kita membuat cerita yang menghubungkan antar budaya tak peduli wilayah geografi, jenis kelamin atau umur, kita akan sadar kita semua punya kesamaan," pungkasnya.