Selvia menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh karakter konsumen yang berubah.
Dia mengatakan, Galaxy J dimaksudkan untuk menggaet para pengguna feature phone yang hendak pindah ke smartphone.
Para pengguna smartphone awal ini tidak terlalu begitu memperhatikan spesifikasi perangkat.
Namun, keadaannya sekarang sudah berubah.
Selvia menyebut konsumen sudah lebih “melek” sehingga tren kebutuhan bergeser ke spesifikasi mumpuni dan fitur kekinian.
“Sekarang smartphone di bawah Rp 2 juta itu juga dirasa kurang bagi konsumen."
"Itu yang memicu kenapa porsi segmen menengah menjadi lebih tinggi,” ujar Selvia dilansir Tribunnews.com dari KompasTekno.
“Karena ada kompetisi juga, kami melakukan revolusi lewat lini Galaxy A dengan banyak perubahan spesifikasi yang cukup menjawab kebutuhan konsumen sekarang.” imbuh Selvia.
Risky Febrian, Market Analyst dari lembaga riset pasar IDC mengemukakan pendapat senada.
Menurut dia, perampingan lini smartphone Samsung dengan menghilangkan seri Galaxy J dilatarbelakangi oleh kompetisi ketat di pasaran.
“Dilihat dari kuartal-kuartal sebelumnya, Samsung banyak kehilangan market share di segmen low-end dan ultra low-end karena seri J tidak bisa bersaing di pasar,” ujar Risky.
Baca: Harga dan Spesifikasi Samsung Galaxy Note 10 & Note 10 Plus, Sudah Bisa Pre-order
Baca: Harga Terbaru HP Samsung Bulan Agustus 2019, Galaxy M10 hingga S10 Lengkap Ada di Sini!
(Tribunnews.com/Bunga) (Kompas.com/Bill Clinten/Wahyunanda Kusuma Pertiwi)