News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konsumen Global Diyakini Malah Dapat Manfaat dari Rangkaian Perselisihan Dagang AS-China

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Huawei

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) memang telah mengeluarkan peraturan baru yang bertujuan untuk membatasi ekspor chip ke raksasa teknologi China, Huawei.

Perusahaan itu sebelumnya mengatakan bahwa bisnis mereka dipastikan akan terkena dampaknya, namun mereka akan mencoba 'bertahan'

Karena itu, satu-satunya kata kunci yang harus dipegang Huawei untuk saat ini.

Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (20/5/2020), Dekan Miami Business School sekaligus Profesor Ekonomi John Quelch menilai, Huawei akan dapat bertahan hidup di tengah boikot AS.

Karena negara yang kini dipimpin Presiden Donald Trump ini hanya ingin memperlambat upaya Huawei dalam mendominasi pasar 5G secara global.

Baca: Yakin Dapat Obati Covid-19, Donald Trump Minum Obat Malaria Setiap Hari

"Divisi konsumen Huawei menyumbang sekitar 50 persen dari total penjualannya, dan peraturan khusus (ala AS) ini ditujukan untuk 50 persen yang berfokus pada smartphone konsumen," kata Quelch.

Baca: Menu Opor dan Rendang Tidak Baik Dipanaskan Berulang Kali, Ini Efek Buruknya Buat Kesehatan

Ia kemudian menyoroti pemain besar seperti Taiwan Semiconductor. Tindakan AS ini akan menempatkan Taiwan berada di persimpangan ketegangan perdagangan antara kedua negara.

Baca: Penerbangan Batik Air Jakarta-Bali Stop Sementara karena Dihukum Kemenhub

“Teknologi canggih itu penting dan jelas AS masih unggul di sebagian besar arena. China memang mencoba mengejar ketinggalan, namun masih jauh di belakang. Tapi saya pikir dari sudut pandang global, jangka panjangnya konsumen global akan diuntungkan oleh persaingan yang sangat menarik antara AS dan China ini," jelas Quelch.

Hal itu karena perselisihan dagang bukan hanya terkait teknologi, namun tentang siapa yang akan menetapkan standar internasional untuk jaringan dan platform.

"Itu bukan tentang diplomasi global," pungkas Quelch.

Raksasa teknologi asal China, Huawei mengatakan pada hari Senin lalu bahwa bisnisnya dipastikan akan terkena dampak dari pemberlakuan peraturan baru Amerika Serikat (AS).

AS memang kini tengah menerapkan aturan yang bertujuan untuk membatasi ekspor chip ke Huawei.

Manajemen Huawei menekankan bahwa pihaknya secara tegas menentang langkah terbaru yang diterapkan AS ini.

"AS memanfaatkan kekuatan teknologinya sendiri untuk menghancurkan perusahaan di luar perbatasannya sendiri. Ini hanya akan merusak kepercayaan perusahaan internasional terhadap teknologi dan rantai pasokan AS. Pada akhirnya, ini akan membahayakan kepentingan AS," kata manajemen Huawei dalam sebuah pernyataan resminya.

Keputusan itu pun dianggap sewenang-wenang, merusak serta mengancam kegiatan industri di seluruh dunia.

Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (19/5/2020), Pimpinan Huawei, Guo Ping, turut buka suara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan Huawei yang dihadiri para pengamat global pada Senin kemarin.

"Kami akui bisnis kami pasti akan terpengaruh, kami akan mencoba semua yang kami bisa untuk mencari solusinya. Kelangsungan hidup adalah kata kunci bagi kami saat ini," kata Ping.

Menurut Guo, Huawei telah menghabiskan 18,7 miliar dolar AS untuk memperoleh barang-barang dari para pemasok AS pada tahun lalu.

Perusahaan ini pun akan terus membeli dari mereka, tentunya jika AS mengizinkan.

Huawei berkomitmen untuk mematuhi peraturan AS dan telah secara signifikan meningkatkan Research and Development (R&D) serta inventaris untuk menghadapi tekanan dari negara yang dipimpin Presiden Donald Trump itu.

Perlu diketahui, pabrikan asing yang menggunakan perangkat pembuat chip AS, sekarang telah diminta untuk memperoleh lisensi terlebih dahulu sebelum diizinkan menjual semikonduktor ke produsen smartphone nomor dua di dunia, Huawei.

Aturan seperti itu dikeluarkan pada hari Jumat lalu oleh Departemen Perdagangan AS.

Nama Huawei memang telah ditambahkan ke 'daftar entitas' Departemen Perdagangan AS sejak tahun lalu.

Hal itu karena adanya indikasi masalah keamanan nasional, setelah AS menuduh raksasa telekomunikasi asal negeri tirai bambu ini memata-matai para penggunanya.

Dituding seperti itu, Huawei pun telah membantah keras tuduhan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini