News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Huawei Lampaui Samsung dalam Penjualan Smartphone Global

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Booth Huawei di MWC 2019

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Penyedia peralatan IT terbesar di dunia, Huawei, menyalip Samsung untuk pengiriman smartphone pada bulan April dan Mei 2020.

Huawei mengklaim bulan ketiga di tahun ini sebagai pemimpin global, meskipun tengah menghadapi sejumlah tantangan.

Mulai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, pembatasan teknologi AS terhadap perusahaan itu serta tantangan lainnya.

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (9/7/2020), raksasa teknologi asal China ini dapat melampaui pesaingnya, produsen smartphone Samsung untuk kuartal ketiga secara berturut-turut lantaran terjadinya penurunan penjualan ponsel global.

Seperti yang dilaporkan Gizmodo pada Rabu kemarin.

Menurut laporan itu, penjualan raksasa ponsel pintar asal Korea Selatan (Korsel), Samsung diperkirakan akan mengalami anjlok sebesar 30 persen.

Baca: Prancis Kurangi Peran Huawei di Pengelolaan Jaringan Seluler Super Cepat

Sementara raksasa teknologi asal China diperkirakan hanya akan melihat sedikit penurunan.

Laporan itu menambahkan bahwa Samsung hanya memiliki kurang dari satu persen pangsa pasar di China daratan, sementara Huawei menguasai lebih dari 60 persen.

Kabar ini muncul saat Huawei dan Samsung masing-masing memimpin penjualan ponsel global di posisi 19,7 persen dan 19,6 persen.

Huawei mengambil 21,4 persen dari pangsa pasar global pada bulan April, dan yang terakhir mengklaim 19,1 persen.

Produsen smartphone China ini juga dinobatkan Boston Consulting Group sebagai perusahaan ke-6 yang paling inovatif.

Posisinya naik 42 poin di atas perusahaan mana pun dalam indeks tersebut.

Baca: Penggunaan HP Meningkat, Berikut Tips Jaga Kesehatan Mata Saat Pakai Smartphone

Laporan itu muncul setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump memperpanjang larangan perdagangan dan melarang akses teknologi AS ke Huawei dan lebih dari 70 perusahaan lainnya asal China.

Hal ini karena adanya kekhawatiran terhadap keamanan nasional AS.

Ketua Komisi Komunikasi Federal AS Ajit Pai juga menyatakan bahwa Huawei dan ZTE merupakan ancaman bagi keamanan nasional AS, karena diduga memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis China dan militernya.

Namun ia tidak memberikan bukti atau rincian lebih lanjut terkait tudingan ini.

Baik Huawei maupun pemerintah China, telah berulang kali membantah tuduhan yang menyebut mereka akan menimbulkan risiko keamanan bagi kliennya.

Sejumlah perusahaan asal China pun telah mulai melepaskan ketergantungannya pada teknologi AS.

Ini dilakukan setelah pembuat chip Shanghai Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) mulai memproduksi prosesor Kirin 710 secara massal karena kebijakan pembatasan perdagangan AS.

SMIC juga mengumumkan rencana perusahaan untuk secara terbuka berdagang di Dewan Inovasi Sains dan Teknologi, melalui penawaran awal sebesar 7,5 miliar dolar AS.

Selain itu juga SMIC akan mencoba peruntungannya dalam penjualan saham terbesar selama beberapa dekade secara global, di tengah peningkatan besar dalam bidang investasi teknologi China.

Menurut pejabat Huawei, hingga saat ini, pihak berwenang AS pun belum memberikan bukti terkait klaim tudingan mereka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini