Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara Huawei di Inggris, Edward Brewster, menanggapi kebijakan baru yang akan diterapkan pemerintah Inggris terhadap raksasa teknologi asal China, Huawei terkait pembangunan jaringan 5G di negara itu.
Dalam keterangan resmi yang diterima Tribunnews, Rabu (15/7/2020) pagi, Edward menyatakan menyesalkan keputusan tersebut.
Menurutnya, jika ini memang benar diterapkan, maka akan menjadi kabar buruk bagi para pengguna ponsel pintar di Inggris.
"Keputusan yang mengecewakan ini merupakan kabar buruk bagi siapapun di negeri Inggris yang mempunyai ponsel," ujar Brewster, dalam keterangan resminya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa langkah yang diambil Pemerintah Inggris akan berdampak buruk pada sejumlah aspek.
Baca: Akhirnya, Inggris Putuskan Larang Huawei Ambil Bagian di Jaringan 5G
Mulai dari memperlambat perkembangan digitalisasi hingga mendongkrak biaya tagihan di negara tersebut.
"Ini akan memperlambat laju perkembangan digital di Inggris, mendongkrak biaya tagihan menjadi lebih mahal, dan kesenjangan digital di negeri tersebut akan makin lebar," jelas Brewster.
Baca: Prancis Kurangi Peran Huawei di Pengelolaan Jaringan Seluler Super Cepat
Brewster bahkan memandang kebijakan baru ini akan mendorong Inggris pada 'kemunduran' secara teknologi.
Baca: Ditekan Inggris Soal 5G, Bos Huawei: Kebutuhan dan Kepercayan Pelanggan Lebih Penting
"Keputusan ini alih-alih justru akan membawa Inggris ke kemunduran, bukan kemajuan," tegas Brewster.
Oleh karena itu, mewakili perusahaannya, ia berharap pemerintah Inggris kembali mempertimbangkan keputusan tersebut.
Karena pihaknya meyakini bahwa kebijakan Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu Inggris terhadap Huawei, tidak akan mempengaruhi kualitas produk yang dipasok Huawei ke negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Boris Johnson itu.
"Untuk itu, kami mengimbau Pemerintah Inggris untuk meninjau kembali keputusannya. Kami masih menyakini bahwa pembatasan baru yang diserukan oleh AS tidak akan berpengaruh terhadap ketahanan atau keamanan produk-produk yang kami pasok ke Inggris," kata Brewster.
Lebih lanjut Brewster menyayangkan pandangan bahwa keberadaan perusahaannya di Inggris telah dianggap sebagai ancaman bagi keamanan.