Hary memasarkan teknologi pembelajaran digitalnya berdasarkan per modul untuk satuan mata pelajaran maupun seluruhnya tergantung kebutuhan sekolah.
Orangtua siswa juga bisa berlangganan langsung atau melalui sekolah. Hary menambahkan, salah satu diantara sejumlah negara yang telah membeli modul pembelajaran digital interaktifnya adalah Singapura.
"Modul belajar interaktif yang kita buat dipakai di sekolah-sekolah di sana. Kunci pembelajaran interaktif intinya seberapa banyak pelajaran itu dipahami oleh siswa, itu kuncinya," ungkap Hary Candra yang lulusan Teknik Sipil Universitas Parahyangan, Bandung, ini.
Untuk memproduksi materi pembelajaran interaktif ini, Hary mengaku memiliki tim sebanyak 102 orang dan dipusatkan di Serpong, Tangerang Selatan yang terbagi dalam beberapa kelompok.
PesonaEdu dia dirikan bertiga bersama partnernya, Bambang Juwono dan Suyanto. Bambang Juwono merupakan senior Hary Candra semasa kuliah.
Untuk mengembangkan pemasaran modul pembelajaran interaktifnya, Hary mengaku rutin mengikuti pameran internasional seperti Frankfurt Book Fair dan London Book Fair.
Di event-event pameran ini, Hary Candra juga kerap tampil menjadi pembicara.
Hary menjelaskan, kondisi pandemi saat ini sama-sekali tidak menjadi halangan bagi perusahaannya untuk mendorong memperluas lagi sekolah yang mengadopsi materi pembelajaran digital interaktif ciptaannya.
"Jika dibandingkan dengan tahun lalu (sebelum pandemi), (omset) kita malah naik 5 sampai 6 kali lipat. Semua sekolah melaksanakan PJJ. Jadi semua berpindah ke online," ujarnya.
Hary menambahkan, jika makin banyak sekolah yang mengadopsi metode pembelajaran digital interaktif, maka kualitas siswa diyakini akan meningkat yang pada gilirannya akan berkontribusi memperbaiki kualitas SDM Indonesia.
"Bangsa Indonesia ini akan menyongsong bonus demografi di 2030. Usia kerja anak muda paling banyak, tapi ini mensyaratkan usia produktif ini dengan kualitas pendidikan yang memadai," ungkapnya.
Dia menambahkan, bangsa yang berkualitas diukur dari 3 parameter.
Yakni, kemampuan literasi bahasa, kemampuan problem solving yang merupakan turunan dari penguasaan atas sains dan matematika, serta kemampuan bersinergi dengan alam alias kemampuan membangun kolaborasi.
"Tapi sayangnya, kualitas SDM kita masih jauh di bawah standar," ujarnya.