Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumor merger antara dua unicorn startup Gojek dan Tokopedia belakangan makin kencang terdengar.
Startup di bidang ride hailing dan e-commerce ini dikabarkan tinggal selangkah lagi akan menggabungkan bisnisnya berdasarkan laporan Bloomberg, Selasa (9/2/2021) lalu.
Jika merger keduanya menjadi kenyataan, lantas bagaimana dampaknya pada e-wallet yang menempel di Tokopedia tersebut yakni Ovo?
Meski kabar yang beredar masih sulit untuk dikonfirmasi, Gojek dan Tokopedia disebut tinggal menyelesaikan persyaratan merger dalam waktu dekat.
Diprediksi, jika keduanya merealisasikan untuk bersatu maka bisa melahirkan startup dengan valuasi hampir US$ 40 miliar atau setara dengan Rp 560 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Baca juga: Merger Gojek-Tokopedia Menguat, Ini Kata Analis
Bukan hanya valuasinya saja yang besar, lebih dari tiu ekosistem digital di Tanah Air juga akan semakin terbentuk dan menunjukkan kedigdayaannya.
Baca juga: Merger Gojek-Tokopedia Segera Jadi Kenyataan, Valuasinya Capai Rp 500 Triliun
Hal yang menarik dari model bisnis keduanya akan melahirkan model bisnis yang saling melengkapi. Gojek sangat berpotensi menawarkan layanan plus yang dibutuhkan oleh Tokopedia sebagai platform e-commerce yaitu pengiriman serta logistik.
Tentu saja hal ini membuat rekanan strategis Tokopedia, yaitu OVO akan semakin ketar ketir. Sebab, masuknya Gojek dalam merger ini otomatis akan membawa partner dompet digitalnya yakni GoPay.
Seperti diketahui, Tokopedia sendiri merupakan salah satu pemegang saham OVO untuk bergerak dalam penyimpanan saldo digital penggunanya.
Mengutip laporan m2insights pada 2019, Tokopedia tercatat memegang lebih dari 35% saham OVO. Bahkan, startup milik William Tanuwijaya ini disebut juga memegang 36,1% saham induk OVO, yakni Bumi Cakrawala Perkasa.
Sementara sang CEO William Tanuwijaya juga memegang 5% saham induk OVO melalui PT Wahana Inovasi Lestari yang kemudian diakuisisi oleh Grab pada Februari tahun 2020.
Tentu hal ini akan menjadi semacam paradoks bagi kedua dompet digital yang terkenal saling bersaing untuk meningkatkan laba dan merchant.
Hadirnya GoPay bila merger Gojek dan Tokopedia terealisasi, tentu akan menunjukkan sinisme bagi OVO.
OVO dan Tokopedia sudah menjalin persahabatan bisnis yang strategis sejak 2018 lalu bahkan bak anak kandung bagi Tokopedia. Rumor pun beredar dan mengatakan jika mega merger ini terjadi maka Tokopedia akan melepas semua sahamnya di OVO.
Tokopedia mau tak mau harus melepaskan anaknya sendiri yang sudah mengikat begitu laman demi memuluskan mergernya dengan Gojek.
"Terdapat kemungkinan OVO atau GoPay akan beroperasi terpisah, tetapi Gojek akan mengalihkan dananya untuk disimpan di Bank Jago (22,2% saham dimiiki Gojek)," tulis analis CLSA Merlissa Trisno dan Jonathan Mardjuki dalam riset berjudul CLSA Indonesia Tech Sector Outlook.
Jika dilepas, OVO sepertinya tak perlu khawatir karena sudah ada pengasuh lainnya yang siap menopang roda bisnisnya. Siapa lagi kalau bukan Grab, mitra pembayaran digital yang sudah menjalin kerja sama hampir 3 tahun.
Ya, Grab sendiri sebelumnya diisukan akan menjalin merger dengan Gojek pada beberapa bulan lalu. Meski akhirnya merger tersebut tak mencapai kesepakatan, Grab sendiri belum bersikap soal rumor mega merger antara Gojek dan Tokopedia.
Gojek sendiri tercatat memiliki saham di Bank Jago sejak Desember 2020. Keberanian Gojek untuk memiliki sebagian saham Bank Jago, membuat saham bank kecil tersebut ikut melesat beberapa pekan terakhir karena isu mega merger dengan Tokopedia.
"Terdapat kemungkinan pula SoftBank atau Tokopedia akan memiliki sebagian saham Bank Jago. Tentu ini langkah strategis untuk keduanya jika merger tersebut terealisasi," tulis laporan riset CLSA Indonesia itu.