"Media sosial berbasis audio memberikan tiga kenyamanan bagi penyedia konten atau pengguna Clubhouse," ujar pemeran tokoh Mamet di film Ada Apa dengan Cinta (AADC) tersebut kepada KompasTekno, Jumat (19/2/2021).
Salah satu dari tiga kenyamanan yang dimaksud Dennis adalah dari sisi kesederhanaan.
Dengan Clubhouse, pengguna tak perlu mempersiapkan banyak hal, seperti kamera, mikrofon, dan lighting ketika mereka ingin melakukan siaran langsung (live).
Selain itu, pengguna juga bisa menyiarkan atau mendengarkan konten Clubhouse di mana pun mereka berada sembari melakukan kegiatan lainnya.
Terlebih, menurut Denis, Clubhouse lebih hemat kuota internet dibanding aplikasi media sosial lainnya karena hanya menggunakan audio
Lebih "aman" buka suara
Selain nyaman, Eno menambahkan bahwa pengguna merasa lebih "aman" untuk buka suara di ruang digital yang ditawarkan Clubhouse.
Sebab, kebijakan aplikasi Clubhouse memang melarang segala konten yang tersiar di dalamnya direkam atau disebarluaskan di ranah umum, atau di media sosial lainnya dengan alasan apapun.
"Seringkali kalau ada obrolan itu ada aja orang yang iseng dan merekam serta disebarluaskan tanpa izin. Di Clubhouse, itu melanggar Community Guidelines," tutur Eno.
"Jadi, orang-orang yang buka suara di Clubhouse itu jadi merasa pede dan yakin bahwa dia bisa share apa yang mau dibicarakan secara singkat, padat, dan live tanpa ada reka ulang," imbuh Eno.
Hal ini yang lantas memicu para pengguna Clubhouse gemar membuat atau bergabung dengan banyak ruangan hanya untuk sekadar membagikan atau mendengarkan hal-hal yang tidak bisa dilakukan di media sosial lain.
Bahkan, Eno menyebut banyak para pakar atau ahli yang menggelar seminar gratis di aplikasi yang dikembangkan oleh Alpha Exploration tersebut.
Media sosial lain ikut tren Clubhouse
Pengamat gadget Lucky Sebastian mengatakan bahwa media-media sosial lain mulai menggarap fitur atau platform sejenis Clubhouse untuk mengekor tren yang dicetuskan oleh medsos berbasis audio itu.