Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Era revolusi Industri 4.0 mendorong berkembangnya industri teknologi termasuk di dalamnya percepatan inovasi smartphone.
Zaman di mana Generasi Z atau milineal disebut sebagai generasi yang tidak bisa lepas dari smartphone. Namun, hal ini tidak berdampak seluruhnya bagi semua kalangan milenial.
Baru-baru ini, sebuah riset di Nottingham, Inggris menunjukkan ada peningkatan kecenderungan Gen Z meninggalkan ponsel pintarnya dan beralih ke ponsel jadul atau feature phone.
Ponsel jadul ini seperti mengembalikan esensi ponsel yang sesungguhnya yakni untuk mengirim pesan dan menelepon. Tapi, selain itu pengguna ponsel lawas itu baru-baru ini juga bertujuan untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Baca juga: Nicholas Saputra Jadi Brand Ambassador Oppo Find X3 Pro 5G
Seperti kisah Eden yang berusia 22 tahun yang diwartakan Huck Magazine. Eden mengaku ponsel pintarnya sempat rusak pada awal tahun 2020. Akibatnya, ia pun kesal lantaran waktunya banyak dihabiskan di depan smartphone hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk tidak membeli ponsel baru selama sebulan.
Baca juga: Garap Multibrand, Digiplus Jadi Gerai Ritel Perangkat Elektronik Pertama dari MAP
"Selama tidak memegang ponsel, dalam periode ini saya merasa ada peningkatan besar-besaran dalam suasana hati dan kebebasan saya untuk berpikir," kata Eden dikutip dari laman dari Phone Arena, Rabu (19/5/2021).
Baca juga: Vivo V21 5G Sudah Bisa Dipesan, Berikut Spesifikasi Lengkapnya
Meski saat itu dirinya kesulitan menghubungi orang terdekatnya karena keputusan yang terbilang ekstrem ini, Eden akhirnya memutuskan untuk membeli ponsel baru lagi.
Namun, bukan ponsel pintar yang memiliki spesifikasi mumpuni yang ia beli. Ia memutuskan untuk membeli ponsel jadul Nokia 130 yang hanya bisa digunakan untuk telepon dan sms.
Bukan malah sedih, Eden justru merasa bahagia setelah smartphone-nya rusak karena merasa kesehatan mentalnya semakin membaik. Kebahagian itu ia dapatkan dari ponsel Nokia 130 karena membuat dirinya semakin hemat lantaran ponsel itu hanya bisa digunakan untuk mengirim SMS dan menelepon.
Hal serupa juga dirasakan Jade. Perempuan berusia 23 tahun sudah lama berkeinginan untuk menggunakan ponsel buatan tahun 2000-an. Jade ingin bernostalgia di mana saat itu mayoritas orang menggunakan flip phone.
Jade awalnya menggunakan ponsel Nokia tapi kemudian beralih ke Motorola Razr V3. Meski sudah memiliki ponsel pintar flaghsip dari Apple iPhone XR, dirinya merasa senang karena saat ini sudah terbebas dari bayang-bayang ponsel canggih itu.
"Saya sempat memiliki iPhone XR, tapi hanya digunakan jika benar-benar butuh. Sekarang saya sudah menjual iPhon itu, jadi saya merasa bebas dari smartphone," kata Jade.
Cerita sama juga datang dari seorang pria bernama Mateo yang berusia 23 tahun. Meski berusia kalangan Gen Z, nyatanya ia lebih sering menggunakan ponsel jadul sehari-hari.
Meski belum sepenuhnya lepas dari smartphone, ia hanya menggunakan ponsel itu untuk fungsi tertentu seperti mengirim pesan WhatsApp dan membaca berita.
"Saya lebih sering menggunakan ponsel jadul ketimbang smartphone. Dengan begitu saya tidak lagi dikontrol oleh ponsel dan bisa berpikir dengan lebih tenang karena bisa menggunakan ponsel secara esensial," kata Mateo.
Associate Professor di Nottingham Trent University, Dr. Daria Kuss mengatakan meningkatnya Gen Z beralih dari smartphone ke ponsel jadul memang berpengaruh pada kesehatan mental pengguna. Sebab, seringnya intensitas penggunaan ponsel pintar akan mempengaruhi fungsi dan kinerja otak.
Berdasarkan penelitian, Gen Z banyak menghabiskan waktu rata-rata di depan smartphone sebanyak 29 jam dan 29 menit dalam seminggu. Bahkan, 48 persen dari mereka juga mengaku sedih, cemas dan depresi saat menggunakan media sosial yang berujung tak terkendalinya emosi dan menyebabkan stres.
"Ponsel jadul memiliki fungsi yang lebih sedikit dibandingkan smartphone. Sehingga kesehatan mental pengguna akan semakin lebih baik. Hal itu juga didukung oleh terbatasnya fitur ponsel yang bisa digunakan pengguna untuk periode waktu yang terbatas, yakni telepon dan sms," kata Kuss.
Atas hal itu, pengguna ponsel jadul bisa menghabiskan banyak waktu dengan aktivitas yang menyehatkan mental.
"Sangat bagus dan tidak menyita waktu. Kebanyakan pengguna ponsel ini akan banyak menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman, dan terlibat dalam aktivitas rekreasi, yang meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan," tutup Kuss.