TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jepang mulai merealisasi dari apa yang disebut masyarakat hidrogen yakni masyarakat yang mengambil tenaga dari pasokan energi hidrogen bersih dan tak terbatas sebagai fondasi yang mendukung berbagai infrastruktur, mulai dari kogenerasi sel bahan bakar hingga moda transportasi, termasuk mobil sel bahan bakar dan bus.
Melalui Strategi Hidrogen Dasar, pemerintah Jepang menjabarkan rencana aksi (action plan) menuju 2030, dan visi menuju 2050 dan komponen penting dari strategi ini adalah pembuatan Lapangan Penelitian Energi Hidrogen Fukushima atau FH2R.
Proyek yang terletak di kota Namie Jepang, Prefektur Fukushima, dengan luas lahan sekitar 220.000 m2, dilengkapi dengan 10 megawatt (MW) ) unit produksi hidrogen dan unit pembangkit listrik tenaga surya 20MW.
New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang menugaskan Toshiba Energy Systems & Solutions Corporation untuk mengelola proyek secara keseluruhan, dengan Tohoku Electric Power Co., Inc., dan Iwatani Corporation bertanggung jawab atas pekerjaan konstruksi, yang dimulai pada Juli 2018 .
Toshiba Energy Systems & Solutions Corporation bertanggung jawab penuh atas pengelolaan proyek, serta sistem energi hidrogen secara keseluruhan.
Baca juga: Penggunaan Air dan Inhalasi Hidrogen Meningkat Seiring Lonjakan Kasus Covid-19
Tohoku Electric Power Co Inc mengelola sistem kontrol jaringan listrik, dan Iwatani Corporation menangani penyimpanan, pasokan hidrogen, dan sistem prakiraan permintaan dan pasokan hidrogen.
Fumiyuki Yamane, Divisi Bisnis Energi Hidrogen, Toshiba Energy Systems & Solutions Corporation mengatakan, sistem FH2R mengelola produksi dan penyimpanan hidrogen sesuai dengan prakiraan permintaan yang dibuat oleh sistem prakiraan permintaan dan pasokan hidrogen.
Juga menyesuaikan jumlah hidrogen yang dihasilkan oleh unit produksi hidrogen untuk menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan di jaringan listrik.
"Sistem ini juga menggunakan efisiensi penggunaan listrik yang berasal dari energi terbarukan yang dihasilkan di unit pembangkit listrik tenaga surya.
Memang, inti dari proyek ini adalah teknologi sistem pengendalian (system control technology), yang mengelola tiga faktor - produksi dan penyimpanan hidrogen, penyesuaian pasokan-permintaan di jaringan listrik, dan penggunaan listrik yang berasal dari energi terbarukan dengan cara seoptimal mungkin,” kata Yamane dalam keterangan tertulis, Jumat (20/8/2021).
Baca juga: Sifat Antiinflamasi Air Hidrogen, Bisa Bantu Pemulihan Anosmia
Saat ini permintaan energi terbarukan terus meningkat di Jepang namun sistem seperti pembangkit listrik tenaga surya dan pembangkit listrik tenaga angin bergantung pada kondisi cuaca dan dapat menyebabkan fluktuasi besar dalam output daya.
Fluktuasi ini menimbulkan tantangan untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan listrik. FH2R, dalam suatu sistem berskala besar mampu mengurangi risiko fluktuasi ini dengan membuat sistem penyesuaian pasokan-permintaan dan memanfaatkan energi terbarukan untuk menghasilkan hidrogen dan menyimpan/mengangkut hidrogen untuk berbagai penggunaan.
“FH2R adalah apa yang disebut sistem Tenaga-ke-Gas atau dengan istilah lain yang digunakan power to gas, P2G, PtG.
Sejumlah negara di Eropa, misalnya Jerman, sudah unggul di bidang Tenaga-ke-Gas.