TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Lithuania mendesak agar masyarakatnya tidak membeli smartphone buatan negara Cina.
Desakan tersebut dinyatakan oleh Menteri Pertahanan Lithuania, Margiris Abukevicius.
"Rekomendasi dari pemerintah adalah tidak membeli smartphone dari Cina dan diharapkan membuang secepatnya jika sudah terlanjur membeli," tegas Margiris.
Pernyataan tersebut terkait ketika adanya temuan dari percobaan terhadap dua smartphone dari Cina yaitu Xiaomi 10T 5G dan Huawei P40 yang dilakukan oleh National Cyber Security Lithuania.
Baca juga: DAFTAR Harga HP Xiaomi Terbaru Bulan September 2021: dari Xiaomi Redmi Note 9 sampai Mi 11 Ultra
Baca juga: Gandeng Developer Lokal, Huawei akan Kembangkan HMS dan HarmonyOS di Indonesia
Dikutip dari BBC, hasil percobaan untuk Xiamoi 10T 5G dianggap adanya alat yang ditanam di dalam perangkat terkait dengan kebijakan sensor.
Sedangkan Huawei P40 terdapat masalah dalam hal keamanannya.
Terkait masalah kebijakan sensor, Xiaomi 10T 5G dianggap memiliki semacam perangkat lunak yang dapat mendeteksi dan melakukan penyensoran seperti sensor terhadap kosa kata 'Free Tibet', 'Long Live Taiwan Independence, dan 'gerakan demokrasi'.
Percobaan tersebut juga merangkum ada setidaknya 499 kosa kata yang dapat disensor oleh sistem dari Xiaomi termasuk browser internet.
Dikutip dari sumber yang sama, kemampuan yang dimiliki oleh perangkat Xiaomi dapat dimatikan namun percobaan yang dilakukan oleh pemerintah Lithuania justru sebaliknya.
Namun ada pembelaan dari salah satu juru bicara Xiaomi yang tidak diketahui namanya.
"Perangkat dari Xiaomi tidak akan pernah membatasi atau melakukan pengeblokan terhadap apa yang dilakukan oleh pengguna seperti berselancar, melakukan panggilan, atau menggunakan aplikasi komunikasi yang berasal dari pihak ketiga," ungkapnya.
Dirinya juga menegaskan jika Xiaomi memegang teguh peraturan General Data Protection Regulation atau GDPR yang dibentuk oleh Uni Eropa.
Penelitian yang dilakukan juga menemukan perangkat Xiaomi melakukan transfer terhadap pemakaian data yang terenkripsi ke server yang berada di Singapura.
Margiris mengungkapkan jika temuan ini begitu penting bagi seluruh negara di Eropa.
"Ini sangat penting tidak hanya untuk Lithuania tapi seluruh negara yang memakai perangkat dari Xiaomi," tegasnya.
Sedangkan temuan terhadap Huawei P40 adalah risiko keamanan siber yang harus dihadapi pengguna.
"Tempat aplikasi dari Huawei yaitu AppGallery mengarahkan secara langsung pengguna ke sebuah e-store dari pihak ketiga ketika beberapa aplikasi dinilai oleh anti virus sebagai aplikasi yang telah terinfeksi virus," ungkap Margiris.
Juru bicara Huawei yang tidak diketahui namanya mengungkapkan kepada BBC bahwa perusahaannya tunduk kepada hukum dan regulasi yang berlaku di negara tersebut.
Baca juga: Xiaomi Redmi 10 Rilis di Indonesia Hari Ini, Berikut Spesifikasi dan Harganya
Dirinya juga mengklaim bahwa Huawei selalu memprioritaskan keamanan di dunia maya serta privasi.
"Data tidak pernah diproses di luar perangkat Huawei."
"AppGallery hanya mendapatkan dan memproses data yang memang diinginkan oleh pengguna."
"Pengguna juga diberi kebebasan untuk mencari, menginstal, dan mengatur aplikasi dari pihak ketiga sehingga hampir sama pula dengan app-store dari perangkat lain," terangnya.
Temuan yang didapatkan dikabarkan membuat perselisihan antara Lithuania dan Cina meruncing.
Bahkan akhir bulan lalu, Cina meminta Lithuania untuk menarik duta besarnya dari Beijing.
Sedangkan Cina juga akan berencana menarik utusannya dari Ibu Kota Lithuania, Vilnius.
Dikutip dari sumber yang sama, perseteruan antara Cina dan Lithuania dimulai ketika Taiwan mengumumkan misinya di Lithuania untuk membuat kantor perwakilan.
Dikabarkan seluruh kantor perwakilan di seluruh Eropa bahkan Amerika Serikat memakai nama ibu kotanya yaitu Taipei untuk menghindari pengertian dari pulaunya sendiri di mana Cina telah melakukan klaim bahwa Taiwan masuk dalam wilayahnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)