TRIBUNNEWS.COM - Dengan keberagaman serta wilayah Indonesia yang luas, selalu terdapat cerita menarik yang berasal dari desa-desa yang tersebar dari sabang sampai merauke.
Memiliki keunikan serta identitasnya masing-masing, kehidupan di desa kerap menginspirasi. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, desa juga merupakan salah satu penggerak ekonomi bangsa. Meski dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat yang disertai kehadiran digitalisasi, keberadaan desa tidak lekang oleh waktu.
Di sisi lain, desa-desa di Indonesia memiliki semangat untuk melakukan adaptasi dengan berinovasi, berkarya, serta memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki melalui kegiatan wirausaha. Hal ini terus dilakukan meski di tengah badai pandemi.
Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar saat menjadi pembicara pada Jateng Digital Conference 2021, Rabu (29/9/2021), 1.852 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) telah melakukan adaptasi digital dengan merambah ke platform-platform e-commerce. Ribuan BUMDes lainnya juga aktif memasarkan produk unggulan mereka melalui media sosial.
Adaptasi BUMDes ini dilakukan menyusul menurunnya aktivitas pasar konvensional selama pandemi Covid-19. Karena itu, di tengah tantangan yang ada, peningkatan jumlah BUMDes yang go digital telah menjadi penanda kemajuan digitalisasi di desa-desa.
Menurut Mendes Halim Iskandar, partisipasi generasi muda adalah salah satu faktor yang membuat proses pembangunan di desa makin melek digital. Ia pun mengatakan bahwa adaptasi digital ini telah sukses mengubah anggapan kontradiksi antara desa dan digitalisasi, di mana sebaliknya, desa dan digital dapat berjalan berdampingan.
Terus berinovasi dan berkreasi
Dengan semangat adaptasi dan inovasi yang tersebar di berbagai penjuru negeri, tidak sedikit desa-desa yang sukses berkembang bersama digitalisasi.
Sebagai contoh, program Smart Village atau Desa Pintar yang direncanakan akan segera terwujud di Kabupaten Jember. Program ini merupakan program unggulan dari Bupati-Wakil Bupati Jember, Hendy Siswanto-MB Firjaun Barlaman.
Melalui smart village, ke depannya, Kabupaten Jember akan didukung oleh pelayanan berbasis digital. Selain itu, desa-desa sampai pelosok akan turut diperkuat oleh jaringan internet.
Beragam jenis usaha yang ada di desa pun tidak melewatkan peluang untuk turut berkembang dengan digitalisasi. Contohnya adalah para pelaku usaha kecil menengah di Kabupaten Malinau. Di wilayah tersebut, para pengusaha telah melakukan adaptasi dengan metode pemasaran berbasis digital, tepatnya dengan memanfaatkan platform sosial media.
Pengrajin rotan bernama Ari Sandi memasarkan produk lokal buatan tangan miliknya melalui media sosial di era pandemi. Adaptasi tersebut telah berhasil mendorong pemasaran karya kerajinan tangan yang diproduksi oleh komunitas di desanya.
Bergerak bersama bangun desa digital
Memang, masih terdapat tantangan dalam usaha pembangunan dan pengembangan desa digital. Berdasarkan data Kemendes PDTT (2019-2020), saat ini terdapat 13.577 desa yang belum memiliki akses internet. Dengan ketidakberadaan akses ini, potensi yang dimiliki oleh 13 ribu lebih desa tersebut belum mampu dimaksimalkan.