Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pameran teknologi terbesar di dunia Mobile World Congress atau MWC 2022, menjadi ajang bergengsi yang tunggu-tunggu oleh para penggiat industri teknologi untuk menampilkan produk terbaru mereka.
Berlangung di Barcelona Spanyol, MWC rencananya akan dilaksanakan pada 28 Februari hingga 3 Maret 2022 mendatang.
Namun sayangnya dalam pamerannya kali ini, seluruh perusahaan industri teknologi asal Rusia dilarang mengikuti ajang tersebut.
Baca juga: Taiwan Ancam Beri Sanksi kepada Rusia, Bakal Batasi Peredaran Chip
Dikutip dari TechCrunch, hal ini terjadi lantaran adanya sanksi internasional yang dikenakan pada ibu kota Rusia, Moskow setelah meluncurkan invasi kepada Ukraina.
Akibat aksinya tersebut, Global System for Mobile Communications (GSMA) selaku pembuat acara MWC mengecam keras keterlibatan perusahaan Rusia dalam ajang tersebut.
“Kami dipandu oleh sanksi internasional dan ada beberapa perusahaan yang diidentifikasi dalam daftar sanksi dan mereka akan dilarang berpartisipasi,” ujar kepala eksekutif GSM, John Hoffman.
Pelarangan ini bukan tanpa alasan, Mobile World Congress sendiri memiliki misi utama dalam untuk menyatukan ekosistem seluler demi memajukan konektivitas pada setiap industri masyarakat. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan tindakan invasi Rusia pada Ukraina.
Dewan Urusan Luar Negeri Dewan Eropa rsula von der Leyen, menambahkan pelarangan atas keikutsertaan Rusia dalam MWC dimaksudkan agar dapat melemahkan posisi teknologi Rusia.
Baca juga: Peneliti Manfaatkan Google Maps untuk Melacak Pergerakan Warga Ukraina hingga Pasukan Militer Rusia
Rusia diketahui mendapat keuntungan besar dari aktivitas industri teknologi, terlebih setelah pihaknya berhasil menarik hati investor dunia dalam pameran tersebut untuk berinvestasi pada proyek-proyek anyarnya.
Meski keadaan Eropa tengah memanas akibat invasi Rusia ke Uraina, namun CEO GSMA John Hoffman mengkonfirmasi bahwa ajang MWC tak akan dibatalkan.
Rencananya acara ini akan digelar secara virtual dengan mengundang lebih dari 1.800 peserta dari 183 negara.