TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 200.000 pesawat lepas landas dan mendarat setiap hari di dunia.
Pergerakan ribuan pesawat itu dapat dipantau melalui situs Flightradar24.
Dari pesawat pribadi hingga komersial, dari balon udara panas, glider dan helikopter hingga pesawat militer atau pemerintah, hampir semua pesawat dilengkapi dengan transponder.
Alat tersebut mentransmisikan posisi pesawat ke menara pengatur lalu lintas udara.
Sinyal mereka dapat dicegat dengan receiver murah yang disebut ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast).
Baca juga: Harga Tiket Pesawat Turun 15 Persen, Sandiaga Uno Dorong Penambahan Rute Penerbangan
Teknologi ini digunakan oleh situs web pelacak penerbangan, yang memberikan gambaran real-time tentang segala sesuatu di langit kepada pengguna, seperti Flightradar24.
Flightradar24 termasuk dalam kelompok layanan pelacakan penerbangan populer, bersama dengan FlightAware dan Plane Finder.
Awalnya, tujuan situs Flightradar24 ini adalah menyediakan layanan perbandingan harga penerbangan.
Pada 2010 lalu, situs ini mendapat perhatian besar dari publik, ketika terjadi letusan gunung berapi di Islandia yang membuat banyak maskapai yang menghentikan penerbangan.
Situs Flightradar24 kala itu justru memiliki empat juta pengunjung.
“Ini jelas merupakan pertama kalinya kami terjun ke acara internasional. Cara lalu lintas udara ditampilkan secara real time dapat memengaruhi cara orang berpikir tentang berita dunia,” kata Ian Petchenik, direktur komunikasi FlightRadar24 dikutip dari CNN.
Flightradar24 saat ini mengumpulkan datanya menggunakan jaringan 34.000 penerima ADS-B.
Wilayahnya mencakup daerah terpencil di dunia, termasuk Antartika.
Sekitar 25 persen receiver dibuat oleh Flightradar24 sendiri. Namun, sebagian besar mesin yang tersisa dirakit oleh penggemar yang memberikan data secara sukarela.