Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Amerika Serikat (OSHA) mengungkapkan seorang teknisi SpaceX mengalami cedera kepala yang membuatnya koma selama dua bulan setelah melakukan tes pada mesin roket.
Teknisi tersebut dilaporkan sedang melakukan pemeriksaan tekanan pneumatik pada mesin Raptor 2 pada 18 Januari di pabrik SpaceX di Hawthorne, California. Saat melakukan pengujian tersebut, penutup pengontrol bahan bakar terlepas dan mengenai kepalanya, menurut laporan OSHA.
Baca juga: Elon Musk Janji SpaceX Bakal Terus Danai Layanan Internet Ukraina
OSHA menyatakan, pada saat kecelakan "prosedur sedang dilakukan menggunakan program otomatis yang bertentangan dengan metode manual normal yang telah digunakan dalam operasi sebelumnya."
Dikutip dari Yahoo News, teknisi tersebut mengalami patah tulang tengkorak dan cedera kepala. Saat ini dia dirawat di rumah sakit "dalam keadaan koma selama dua bulan", kata OSHA dalam laporannya.
SpaceX, perusahaan yang bergerak di bidang transportasi luar angkasa, didenda 18,475 ribu dolar AS oleh OSHA karena pelanggaran keamanan yang menyebabkan insiden tersebut.
Perusahaan milik miliarder Elon Musk ini belum memberikan pernyataan kepada publik atau karyawannya terkait insiden itu.
Baca juga: SpaceX Menangkan Kontrak Senilai 1,4 Miliar Dolar AS untuk Meluncurkan 5 Misi Astronot NASA
Teknisi tersebut diidentifikasi bernama Francisco Cabada, ayah dari tiga orang anak yang berasal dari Los Angeles, Amerika Serikat, menurut laporan Business Insider.
Halaman GoFundMe yang dibuat keluarga Cabada sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 50 ribu dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung anak-anaknya saat dia pulih dari cederanya.
Platform berita Semafor mengungkapkan Cabada tidak lagi koma, namun "masih tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan medis", menurut keterangan pengacara keluarga Cabada dan saudara iparnya.
Baca juga: Pengadilan AS Dukung Rencana Penyebaran Satelit SpaceX di Orbit Bumi
OSHA telah menjatuhkan hukuman tingkat tertinggi atas insiden itu, sementara penyelidikannya masih menunggu.
Mesin Raptor 2 SpaceX adalah mesin andalan perusahaan itu untuk roket Starship baru dan Super Heavy Booster, kendaraan peluncuran yang sepenuhnya dapat digunakan kembali dan saat disusun akan menjadi roket tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 120 meter.
Super Heavy Booster menggunakan 33 mesin Raptor 2 saat lepas landas, sedangkan Starship didukung oleh enam mesin Raptor 2 untuk penerbangan lanjutannya ke orbit Bumi.
SpaceX berencana menggunakan Starship untuk mendaratkan astronot NASA di bulan dalam misi Artemis 3 pada 2025, dan menerbangkan penumpang atau turis yang ingin melihat luar angkasa setidaknya dalam dua penerbangan terpisah di sekitar bulan.