Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SYDNEY – Ratusan pekerja Apple di Australia merencanakan aksi mogok kerja menjelang Natal demi menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi.
Dilansir dari Channel News Asia, aksi mogok kerja yang direncanakan kurang dari dua hari oleh sekitar 200 dari sekitar 4.000 karyawan Apple di Australia, terjadi ketika raksasa teknologi AS itu menghadapi gangguan akibat kerusuhan pekerja di pabrik iPhone utamanya di China.
Anggota Serikat Pekerja Ritel dan Makanan Cepat Saji Australia (RAFFWU) meminta Apple untuk menaikkan upah minimum tahunan yang disepakati.
Baca juga: Apple Tunda Peluncuran Mobil Listrik Otonom Hingga 2026, Ini Alasannya
"Mogok Natal ini adalah cara bagi anggota kami untuk mengambil kembali waktu mereka bersama keluarga dan teman-teman, sementara manajemen terus menolak untuk memberikan hak pekerja terkait upah minimum yang paling dasar," kata Josh Cullinan, sekretaris RAFFWU.
Adapun upaya untuk membawa manajemen ke meja perundingan pada awal pekan ini gagal membuahkan hasil, dengan Apple menolak untuk bertemu hingga Februari 2023.
Pekerja yang mogok akan keluar dari gerai ritel Apple pada 23 Desember 2022 mulai pukul 3 sore waktu setempat dan menjauh sepanjang malam Natal, yang biasanya merupakan waktu puncak untuk penjualan produk Apple seperti iPhone, jam tangan, dan lainnya.
Tindakan tersebut akan dilakukan secara nasional dan diperkirakan memiliki dampak besar di dua gerai ritel yang berlokasi di Brisbane serta masing-masing di Adelaide dan Newcastle, di mana RAFFWU memiliki anggota terbanyak.
Baca juga: Apple Tunda Peluncuran Headset AR/VR Apple, Geser ke Kuartal II 2023
Seorang juru bicara Apple menolak mengomentari negosiasi tersebut dan mengatakan bahwa perusahaan akan memberi penghargaan kepada karyawan yang telah bekerja keras di Australia.