Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Pasca Twitter mewajibkan akun verifikasi centang biru untuk membayar biaya langganan sebesar 8 dolar AS per bulan, fitur anyar ini dilaporkan mulai sepi peminat.
Di Amerika jumlah pengguna aktif layanan ini hanya sekitar sekitar 0,2 persen atau 180.000 orang. Tak hanya di Amerika menyusutnya pengguna layanan centang biru juga terjadi pada sejumlah negara di dunia.
The Information mencatat jumlah pengguna aktif bulanan layanan centang biru secara global hanya mencapai 290.000 pelanggan. Jumlah tersebut menyusut tajam bila dibandingkan dengan jumlah pengguna harian sebelum Twitter mewajibkan pengguna membayarkan biaya langganan.
Baca juga: Daftar 6 Laga MU Saat Marcus Rashford Selalu Mencetak Gol di Old Traford, Dia Tulis Ini di Twitter
Penurunan ini terjadi usai Elon Musk selaku CEO baru Twitter mewajibkan akun verifikasi untuk membayar biaya langganan yang disesuaikan dengan daya beli masyarakat di negara disetiap negara.
Awalnya fitur verifikasi diberikan gratis secara cuma – cuma bagi akun terkemuka, namun setelah dimodifikasi dan mengalami sejumlah perubahan seperti kemampuan prioritas untuk melakukan Reply, Mention dan Search. Musk mulai mewajibkan pengguna centang biru untuk membayarkan biaya langganan.
Dengan membayarkan tagihan biaya langganan Musk juga turut menawarkan kemampuan khusus bagi pengguna untuk memposting video dan audio dengan durasi yang lebih panjang, akses gratis pada konten berbayar di luar Twitter, seperti jurnal sains. Serta menghilangkan akses spam iklan sehingga mereka dapat berselancar di sosial media Twitter dengan nyaman.
Langkah ini diambil selain mencegah munculnya akun palsu yang dapat menyebarkan disinformasi di platform sosial media berlogo burung biru itu, juga dimaksudkan untuk menggenjot pemasukan Twitter dengan target pendapatan sebesar 3 miliar dolar AS selama tahun 2023.
Namun setelah fitur ini gagal menarik perhatian pengguna, banyak pihak menilai apabila tahun ini Twitter akan kembali gagal mencetak lonjakan laba. Hal tersebut tentunya semakin mencekik likuidasi perusahaan.
Baca juga: Tunggakan Tagihan Twitter Tembus 1,9 Juta Dolar AS, Elon Musk Kembali Tuai Gugatan
Mengingat selama beberapa bulan terakhir perekonomian logo burung berwarna biru itu terus mengalami terguncang, tercatat selama 2022 pendapatan kuartalan Twitter hanya dapat meraup laba 720 juta dolar.
Jumlah itu berbanding terbalik dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, imbas dari kemerosotan tersebut Twitter bahkan terpaksa memecat ribuan karyawan dan menutup sejumlah cabang demi menekan pembengkakan biaya operasional.