News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ilham Habibie: Perlu Etika dalam Penerapan AI dan Harus Jadi Kesepakatan Seluruh Dunia

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

International Test Center (ITC) Summit 2023  bertema Structuring The Future: Disruptive Thinking and New Relevancies” di Jakarta, Rabu (18/10/2023)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Executive Chairman Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas),  Ilham A Habibie mengatakan, semua sektor harus cepat beradaptasi denga kemajuan teknologi, terutama teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Teknologi kecerdasan akan menjadi tantangan dan peluang baru di masa kini dan masa depan namun penerapannya sampai saat ini belum bisa dimaksimalkan.

"Mengingat ini teknologi baru, penerapan kecerdasan buatan (AI) belum maksimal  termasuk di Amerika Serikat masih melihat AI sebagai tantangan karena perkembangannya sangat pesat," katanya saat di acara International Test Center (ITC) Summit 2023  bertema Structuring The Future: Disruptive Thinking and New Relevancies” di Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Baca juga: Menkominfo Budi Arie Ingatkan Ancaman Adu Domba di Pilpres 2024 Melalui Artificial Intelligence

Untuk itu, Ilham mengatakan, untuk teknologi AI, hal yang penting yang harus segera dilakukan adalah penerapan metodologi yang seragam dan disepakati oleh seluruh dunia.

"Dimana hal tersebut bisa menjadi etika dalam penerapan AI dan harus menjadi kesepakatan di seluruh dunia," kata Ilham.

CEO International Test Center, Jenny Lee mengatakan, masa depan tidak dapat diprediksi sehingga penting untuk memiliki strategi inovatif dan disruptif yang dapat membantu dalam menavigasi lanskap yang terus berubah dengan peluang dan tantangan.

Contoh relevansi baru seperti opsi kerja hybrid, angkatan kerja dengan mobilitas tinggi yang mengutamakan mobilitas dibandingkan loyalitas, lonjakan jumlah perusahaan start-up karena banyak angkatan kerja yang lebih memilih bekerja untuk diri sendiri dibandingkan di perusahaan besar, persyaratan jalur karir, peningkatan literasi digital, dan program-program yang dikurasi menjadi standar baru.

"Oleh karena itu, dibutuhkan talenta dan keterampilan baru atau yang lebih baik dalam angkatan kerja kita agar mampu menghadapi landscape yang dinamis," kata Jenny Lee.

Baca juga: Sebanyak 62 Persen Bisnis Berpeluang Gunakan Artificial Intelligence

Untuk itu, para siswa perlu lulus dari lembaga pendidikan dituntut siap kerja, mampu mengembangkan hard skill dan soft skills yang tepat dan kuat serta literasi yang sesuai dengan bidang pilihan mereka. 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini