TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aplikasi mobile banking sedianya mempermudah konsumen untuk mengakses layanan perbankan. Namun, ternyata aplikasi tersebut menjadi sasaran modus penipuan online dan kuras rekening.
Baca juga: Dirut BNI: Mobile Banking Bakal Dihapus, Semua Pindah ke Wondr by BNI
Sepanjang tahun lalu serangan trojan mobile banking yang menuju pengguna HP Android mencapai 32 persen.
Terkait hal tersebut Pakar Keamanan Siber, Alfons Tanujaya menyebut berkembang satu ancaman baru yang perlu diwaspadai dan sangat berpotensi mengancam pengguna aplikasi mobile banking. Dan celakanya, metode yang dipakai adalah mengeksploitasi fitur tambahan yang disediakan oleh android untuk memudahkan pengguna dengan keterbatasan tertentu, yakni fitur aksesibilitas atau accessibility.
Ada beberapa kasus kata Alfons yang mulai muncul dimana akses disalahgunakan untuk mengambil alih akun mobile banking.
"Sehingga sudah tepat jika penyedia mobile banking segera melakukan mitigasi untuk mencegah eksploitasi ini yang akan sangat merugikan pengguna mobile banking," ujar Alfons dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa(22/10/2024).
Dalam kasus pengelola mobile banking, menurut Alfons skala serangannya justru lebih luas dimana ketika server dan database aplikasi sudah diamankan dengan baik dan sulit diserang, maka penyerang akan mengincar titik terlemah dalam pengamanan aplikasi end user alias pengguna aplikasi.
Baca juga: 3 Game HP Android Buatan Indonesia yang Wajib Dicoba, Nikmati Keseruan Ojol hingga Mengemudi Bus
Serangan terhadap end user mobile banking yang sangat efektif memanfaatkan rekayasa sosial untuk mendapatkan kepercayaan korbannya seperti mengirimkan APK pencuri SMS yang memalsukan diri sebagai APK kurir online, APK pajak, APK Undangan Pernikahan dan APK Surat Tilang yang intinya adalah mengelabui korbannya menjalankan aplikasi tersebut dan bertujuan mencuri SMS OTP yang akan digunakan oleh peretas untuk mengambil alih dan mengeksploitasi aset digital, baik akun mobile banking, Whatsapp, email atau akun lain sekalipun diproteksi dengan OTP SMS.
Namun, pada akhir tahun 2024 ini, aksi yang menggunakan APK pencuri SMS sudah menurun karena efektivitasnya menurun seiring meningkatnya kesadaran pengguna ponsel dan usaha pengamanan yang dilakukan oleh banyak pihak baik pihak bank, dari Google, pengamat sekuriti dan pemerintah yang tidak henti melakukan edukasi terhadap masyarakat atas ancaman ini.
Kini menurut Alfons para pelaku peretas mobile banking mengincar hak akses penuh atau "accessibility permission" yang menjadi incaran kriminal siber yang memang selalu berusaha mencari cara untuk mengendalikan ponsel atau tablet.
"Ketika hak ini didapatkan, maka pengguna ponsel akan terperangkap dan perangkat ponselnya bisa diambil alih," ujar Alfons.
Baca juga: Singgung Peretasan Pusat Data Nasional, Bambang Soesatyo: Keamanan Siber Indonesia Perlu Peningkatan
Pendiri Vaksincom ini juga menjelaskan pembuat aplikasi hanya perlu menggunakan 'BIND ACCESSIBILITY SERVICES' guna mendapatkan akses penuh pada perangkat Android yang tujuan diciptakannya adalah baik untuk membantu pengguna disabilitas. Dengan hak ini aplikasi dapat mengontrol semua aktivitas di layar, klik perpindahan layar sampai memasukkan password, membaca apa yang tampil di layar sampai membuka dan menutup aplikasi.
Namun jika disalahgunakan fitur ini sangat berbahaya karena mengontrol hampir semua tingkatan OS di perangkat. Ketika aplikasi jahat mendapatkan hak ini, ia akan dapat mengakses semua informasi yang ditampilkan di layar, diketik di keyboard dan mengirimkan ke server remote yang telah dipersiapkan. Ia dapat mencegah pengguna menghapus aplikasinya atau melakukan reset dan bahkan dapat mengaktifkan dirinya secara otomatis setiap kali ponsel dinyalakan.
"Jadi kalau anda mengalami kesulitan dalam mengakses mobile banking anda, dimana setiap kali dibuka akan langsung menutup atau ada keganjilan yang tidak biasa pada aplikasi anda sebaiknya anda ekstra hati-hati dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Langkah terbaik adalah menghubungi Call Center penyedia aplikasi Mobile Banking anda untuk mendapatkan bantuan," ujarnya.
Lebih jauh Alfons mengatakan aplikasi yang lancar dan tidak banyak gangguan memang nyaman, tetapi kalau nyaman namun tidak aman tentunya tidak kita inginkan. "Sebaiknya anda memilih mobile banking yang aman dan sedikit ketat dalam masalah sekuriti," kata dia.