TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika Anda tengah mencari sekolah fotografi yang tak hanya menawarkan teori belaka, barangkali Darwis Triadi School of Photography (DTSOP) dapat menjadi solusinya. Dengan tenaga pengajar profesional serta pendekatan dan cara mengajar yang berbeda, pembelajaran mengenai fotografi tampaknya akan diserap habis oleh Anda di tempat itu.
Terdapat tiga kelas utama di DTSOP yang dapat diikuti sesuai dengan bakat dan kemampuan, yakni kelas basic, intermediate, dan advanced. Ada pula kelas lain, yaitu kelas photoshop dan special class.
Ketika tim Tour de Java 2016 bertandang ke DTSOP yang beralamat di Jalan Pattimura No. 2 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tengah berlangsung kelas basic. Saat itu, kelas yang berisi belasan siswa tersebut tengah mendapatkan gilirannya untuk berhadapan dengan si pemilik sekolah sebagai pengajar langsung.
Ya, itulah satu hal yang membedakan DTSOP dengan sekolah fotografi lainnya. Darwis Triadi sebagai pemilik sekolah sekaligus fotografer andal ikut serta memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada para siswa.
Kelas diawali dengan penyampaian teori dan pemberian contoh teknik-teknik memotret oleh Darwis. Tampak saat itu Darwis menggunakan bahasa yang sederhana dan penyampaian yang mudah dimengerti oleh para siswa.
Setelah sekitar setengah jam, para siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah mereka dengar dan saksikan. Bertempat di luar ruangan kelas, mereka diberi kesempatan mengeksplorasi kemampuannya dalam melihat cahaya dari kamera yang mereka bawa.
Dalam kesempatan praktik tersebut, Darwis tampak berupaya menghilangkan jarak di antara mereka. Kendati awalnya cukup canggung lantaran itu merupakan kali pertama para siswa bertemu dengannya, lama-kelamaan suasana mencair dan keakraban antara mereka pun terbangun.
Hubungan yang akrab antara dirinya dan para siswa memang dikedepankan oleh Darwis. Pasalnya, menurutnya, agar siswa mampu menyerap ilmu, mereka haruslah terlebih dahulu merasa nyaman dengan si pemberi ilmu.
"Kadang anak tuh malas bertemu guru, harusnya dibalik. Di sinilah saya banyak melakukan penetrasi bahwa saya harus betul-betul tidak punya jarak dengan murid. Saya ingin tahu apa yang tidak mereka mengerti. Sebab, keberhasilan mereka itu jadi kebahagiaan saya," tutur Darwis.
DTSOP menerima siswa dari segala usia. Tak ada syarat khusus untuk seseorang dapat masuk dalam sekolah ini. Para calon siswa hanya diwajibkan membawa kamera dan keinginan untuk belajar fotografi yang tulus.
"Orang, kalau mau belajar serius, pasti bisa. Ya, contohnya saya. Sebab, kalau ada pressure, malah tidak akan jadi," ucap Darwis.
Tiap kelas memuat 10--20 siswa. Jumlah tersebut dirasa pas agar keakraban antara mereka dan pengajar di dalamnya mampu tercipta dengan baik. Para siswa juga tak diberi tugas agar tak mengganggu kesibukan mereka sebagai seorang pelajar atau pekerja di luar sekolah fotografi ini.
Setelah sekitar satu setengah jam kemudian, praktik memotret di luar ruangan pun disudahi. Tak hanya keakraban yang tercipta di antara mereka, raut wajah semringah lantaran mampu mempraktikkan ilmu yang mereka dapat pun terpancar.
Kegiatan belajar-mengajar di DTSOP dilakukan dua kali dalam sepekan bagi tiap kelas. Pada akhir pekan, para siswa akan diajak praktik lapangan agar mereka semakin mampu mengasah rasa dalam mengabadikan sesuatu ke dalam wujud foto.