TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menelusuri gua Buniayu yang terletak di Desa Kerta Angsana, Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, tidak hanya dapat melihat keindahan stalaktit dan stalakmitnya saja.Di dalam gua gelap tersebut, terdapat kehidupan sejumlah spesies yang bertahan hanya mengandalkan dari apa yang ada di gua itu. Misalnya, udang purba dan jangrik buta.
Udang purba di dalam gua Cipicung adalah udang yang tinggal di air tawar. Ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dibandingkan udang pada umumnya. Warnanya merah jambu. Pergerakan udang ini sangat lincah.
Udang yang ada di dalam gua ini jumlahnya sudah tidak lagi banyak. Cukup sulit untuk melihat spesies yang bentuknya seperti kaki seribu kecil sepanjang satu sentimeter itu.
Selain Udang purba, terdapat pula jangkrik buta. Warga Desa Kerta Angsana menyebutnya jangkrik buta lantaran tinggal di dalam gua yang kondisinya sangat gelap. Jangkrik tersebut tidak bisa melihat apa-apa.
Jangkrik buta memiliki antena yang panjang. Ukurannya pun bervariasi, ada yang besar dan ada pula kecil. Mereka biasanya bertahan hidup memakan kotoran kelelawar yang jatuh ke bawah.
Lantaran hidupanya suka pindah-pindah tempat, jangkrik buta ini tidak jarang suka terinjak-injak saat orang melintasi gua. Jadi, kita perlu berhati-hati ketika melangkah di dalam gua. Kita perlu menjaga dan merawat kelestarian mereka dan habitatnya.
"Biarkan biota yang di dalam itu tumbuh kembang, biarkan beranak-pinak jangan sampai ada cerita 'dulu' ada jangkrik buta. Tapi karena banyak orang masuk gua, mereka jadi mati," ujar Kepala instruktur Buniayu Adventure & Training, Ferry Saputra. (rfq)