TRIBUNNEWS.COM - Pengendara yang melintasi rute Calang (Aceh Jaya) hingga Jeuram (Nagan Raya) pada saat mudik Lebaran tahun ini, masih belum aman dari kemungkinan berserobok dengan kawanan ternak liar, sapi, kerbau, dan kambing.
Soalnya, kebiasaan warga setempat melepaskan ternak miliknya, sehingga bebas berkeliaran di jalan raya, belum juga berkurang.
Seperti dikeluhkan Kepala Bappeda Aceh, Abubakar Karim MS kepada Serambi, Kamis (2/7), kondisi ruas jalan Calang hingga Jeuram tersebut memang rawan bagi pengendara, terutama pada malam hari, karena begitu banyak sapi, kerbau, dan kambing yang berlalu lalang bahkan "berkandang" di jalan raya.
"Kita prihatin atas kondisi ini. Badan jalannya sudah sangat lebar dan rute jalannya banyak yang lurus, sementara jumlah ternak sapi, kerbau, dan kambing yang berkeliaran di atas badan jalan, cukup banyak. Ini tentunya bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas bagi pengendara mobil yang berkecepatan tinggi, jika tidak hati hati dalam mengemudi," kata Abubakar Karim.
Keluhan serupa juga disampaikan Riki, di Suka Makmue, Nagan Raya.
"Sangat banyak ternak sapi dan kerbau yang berkeliaran di jalan raya. Ini sangat mengancam keselamatan pengendara. Harusnya persoalan ini segera ditindak oleh pihak terkait, sehingga pengendara dan pemilik ternak sama sama tidak dirugikan," kata Riki.
Menurutnya, lokasi terbanyak populasi sapi dan kerbau yang sering berwara wiri di sepanjang lintasan Meulaboh Jeuram adalah di sebagian besar wilayah Kecamatan Kuala Pesisir dan lintasan Simpang Peuet Jeuram di kawasan Kuta Paya, Kecamatan Seunagan.
Bahkan, sejauh amatan Serambi, keberadaan ternak sapi dan kerbau di jalan raya itu bukan cuma di lintas Lamno Calang Meulaboh Nagan Raya, tapi bahkan sampai ke wilayah Blangpidie Tapaktuan.
Dua tahun lalu, saat meresmikan Jembatan Kuala Bubon, Aceh Barat, Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah sempat mengeluhkan persoalan ini.
Terlebih karena Gubernur Zaini mengalami langsung, konvoi kendaraan dinas yang bergerak dari Banda Aceh menuju Kuala Bubon di Aceh Barat saat itu sering terhenti gara gara serombongan ternak melintas di jalan atau tak mau bangkit dari jalan, setelah bertakhta di situ sejak malam.
Dalam pidatonya saat itu, Gubernur Zaini meminta aparat kepolisian dan satuan polisi pamong praja (Satpol PP) untuk mengatasi hal itu, demi keselamatan pengendara.
Dalam kenyataannya, hanya beberapa bulan setelah instruksi Gubernur Aceh itu ruas jalan Calang Jeuram relatif sepi dari ternak, karena petugas menangkapi setiap ternak yang melintas di jalan nasional itu.
Sejumlah pemilik ternak bahkan sempat didenda, baru ternaknya dilepas.
Tapi setelah itu, hingga memasuki fase mudik Lebaran Idul Fitri tahun ini, ruas jalan yang dibangun USAID berstandar Amerika itu masih tetap dijadikan sapi dan kerbau sebagai "pusat kerajaan", bahkan merupakan "kandang ternak terpanjang di dunia", mengingat panjangnya mencapai 120 km. (her/dik/edi)