Selain itu, bekas gelas air mineral, bekas botol air mineral, bekas susu kotak, kaleng bekas, kotak plastik bekas kue dan sebagainya juga harus dimanfaatkan sebagai bahan atau alat untuk menunjang kegiatan berkebun.
Cara ini dapat mengurangi sampah yang dibuang. Jadi, pertama-tama, Fam Organic mengajarkan prinsip berkebun itu dulu. Sedangkan soal jenis tanamannya terserah masing-masing peserta. “Dia sukanya makan apa, apakah bayam, salad, atau perlu cabai?” tandas Soeparwan.
Tristar Politeknik
Lembaga pelatihan ini tergolong cukup komplet. Berbagai jenis pelatihan kewirausahaan tersedia di tempat ini. Sebut saja pelatihan cara membuat batik, pelatihan aneka olahan apel, pelatihan cara membuat pupuk, hingga pelatihan pelapisan logam. Tristar juga sanggup memberikan pelatihan bercocok tanam di lahan terbatas.
Di dalam program ini, perusahaan yang berkantor pusat di kota Surabaya ini mengajarkan bercocok tanam menggunakan teknik vertikultur. Teknik ini dapat diartikan sebagai budidaya tanaman secara vertikal alias bertingkat.
Lydiana Santi, Kepala Pemasaran Tristar, menjelaskan, teknik ini tidak memerlukan lahan yang luas. Bahkan, Anda juga dapat membuka kebun jenis ini di rumah Anda yang tidak memiliki halaman. Jadi, teknik vertikultur ini sangat cocok bagi mereka yang ingin memiliki kebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. “Sekarang lahan sangat terbatas, dengan lahan terbatas ini mereka diajari cara agar tetap bisa berkebun,” katanya. Salah satu caranya adalah menggunakan tabung bertingkat.
Menurut Santi, awalnya teknik ini digunakan pada taman yang dimanfaatkan untuk menutup pemandangan yang kurang sedap. Ada juga yang menggunakannya sebagai latar belakang untuk menyajikan pemandangan yang indah.
Berbeda dengan Fam Organic, jadwal pelatihan di Tristar tidak rutin alias lebih fleksibel. Kapan pun ada peserta yang menginginkan pelatihan ini, mereka bisa langsung datang. Syaratnya: peserta minimal harus 10 orang. Tristar mengenakan tarif Rp 500.000 untuk pelatihan selama satu hari. “Biaya itu sudah termasuk akomodasi, makan siang, snack, makalah, sertifikat, dan pupuk,” imbuh Santi.
Yang menarik, dalam melakukan pelatihan ini, Tristar bekerja sama dengan para dosen pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Surabaya. Menurut Santi, setiap bulan selalu ada saja peserta yang mengikuti pelatihan ini. Para peserta tersebut datang dari berbagai daerah di Surabaya. “Jika pesertanya datang dalam satu grup, kami bisa memberikan diskon,” tandas Santi, bernada promosi.
Indonesia Berkebun
Berbeda dengan Fam Organic dan Tristar, Akademi Indonesia Berkebun sama sekali tidak mengutip biaya pelatihan dari peserta alias gratis. Maklum, lembaga tersebut merupakan organisasi atau komunitas pecinta tanaman sehingga lebih mengedepankan semangat berbagi ilmu pengetahuan bagi semua orang yang membutuhkannya.
Meski begitu, peserta tetap harus membayar uang pendaftaran sebesar Rp 25.000. Uang tersebut digunakan untuk membeli konsumsi bagi peserta lantaran kegiatan pelatihan dilakukan sepanjang hari, mulai dari pagi hingga sore hari.
Selain itu, uang pendaftaran tersebut lebih bertujuan sebagai bentuk tanggung jawab dari para peserta agar disiplin mengikuti pelatihan. Pasalnya, sebelumnya ketika gratis dan tidak dipungut uang pendaftaran, banyak peserta yang tidak hadir.
Pelatihan berkebun dalam akademi itu dibuka setiap dua bulan sekali. Pengetahuan yang diberikan mulai dari materi dalam ruangan hingga praktik di lapangan.
Dalam setiap kelas berkebun, peserta diajari pengenalan jenis sayuran, cara bercocok tanam, pengendalian hama, hingga saat yang tepat untuk memanen. Untuk yang berniat menekuninya secara komersial, akademi ini juga akan mengajarkan cara pemasarannya. (Hendra Gunawan)