Pasir putih yang landai itu terbentang memanjang di bawah air laut sedalam 30 sentimeter.
Saat perjalanan pulang menuju Pulau Pahawang, segelintir ikan marlin (Tetrapturus) berukuran kecil meloncat-meloncat di permukaan air. Ikan marlin atau ikan layar adalah satwa khas perairan tropis dan biasa hidup di laut lepas, tetapi tidak jarang pula masuk ke perairan tenang, seperti teluk.
Sebelum gelap, Pulau Pahawang masih menyuguhkan satu pemandangan indah, apalagi kalau bukan proses tenggelamnya matahari. Untuk menemukan lokasi yang tepat menikmati matahari tenggelam, wisatawan bisa menyusuri jalan paving block sepanjang lebih dari enam kilometer yang dibangun mengitari pulau.
Salah satu lokasi terbaik ialah dermaga yang sekelilingnya ditanami mangrove. Dari lokasi itu, wisatawan bisa melihat sang surya yang perlahan hilang di balik bukit. Rona merah jingga terhampar di langit-langit berpadu dengan bukit yang mulai gelap dan air yang tenang.
Akomodasi
Cukup mudah bagi pengunjung untuk menuju ke Pulau Pahawang. Dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan darat dari Bandar Lampung menuju ke Dermaga Ketapang dan dilanjutkan perjalanan laut sekitar satu jam.
Untuk perjalanan laut, wisatawan tidak akan menemui masalah berarti karena banyak warga yang menyewakan jukung sebagai alat transportasi. Perahu berkapasitas 10 hingga 20 orang bisa disewa seharga Rp 500.000 per perahu. Biaya sudah termasuk berkeliling di beberapa lokasi menyelam.
Bagi wisatawan yang tidak ingin menginap di Pulau Pahawang, dibutuhkan biaya sekitar Rp 150.000 untuk berkeliling Pulau Pahawang. Biaya sudah termasuk menyewa alat selam permukaan dan makan siang.
Bagi Anda yang ingin menikmati indahnya matahari terbenan dan matahari terbit dari Pulau Pahawang, harus menginap di pulau itu. Tak perlu khawatir, Pahawang bukanlah pulau terasing yang tak berpenghuni. Sebagian dari warga menyediakan rumahnya sebagai rumah singgah. (Angger Putranto)