News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Demam Batu Akik

Batu Akik Motif Penyu Seperti Ini Banyak Dijajakan di Pintu Masuk Nusakambangan

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Batu akik motif penyu

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM - Batu Akik ternyata merambah hampir seluruh wilayah Indonesia. Entah sejak kapan dimulainya, namun ternyata tren batu akik juga menjalar hingga ke Nusakambangan, pulau yang menjadi tempat dilakukannya eksekusi bagi para terpidana mati.

Hal itu tampak dari banyaknya pedagang yang menjajakan bebatuan di sekitar gerbang dermaga Wijaya Pura, akses resmi satu-satunya ke Nusakambangan, yang sekarang ini ramai lantaran akan dilaksanakan eksekusi tahap dua terhadap 10 terpidana mati.

Yang menarik disini adalah bebatuan yang mereka jajakan berasal dari dalam pulau Nusakambangan. Seperti yang diutarakan Suparjo, salah satu pengrajin batu di dermaga Wijaya Pura. Menurutnya batu yang dijualnya adalah batu berjenis tumpang, yang diambil dari dalam Pulau Nusakambangan.

"Namanya batu tumpang, kalau dihaluskan nanti akan seperti kulit penyu," ujar Parjo di Dermaga Wijaya Pura, Jumat (13/3/2015)

Memang kontur batu tersebut seperti kulit rumah penyu. Apabila disapukan oleh tangan, bagian permuakan batu yang dihaluskan tersebut akan tampak seperti bergerak.

Menurutnya batu yang berwarna putih dengan guratan merah di atasnya tersebut diambil dari bongkahan karang yang terdapat pada tebing-tebing di dekat Lapas Batu dan Lapas Terbuka Nusakambangan. Cara mengambilnya pun tidaklah mudah, batu harus dipahat terlebih dahulu agar terpisah dari bongkahan karang.

"Harus dipahat, lantaran menempel pada tebing," tuturnya.

Menurut Parjo, batu tumpang banyak sekali dijumpai di Pulau Nusakambangan. Sehingga semenjak tren batu akik menjamur banyak sekali warga di sekitar demaga Wijaya Pura, berbondong-bondong ke Nusakambangan.

Dirinya mengaku sangat leluasa untuk masuk ke dalam Nusakambangan dan mengambil bongkahan batu tumpang tersebut. Hal itu lantaran dirinya sudah dianggap bagian dari masyarakat pulau itu. Penjaga pos keamananan pun menurut Parjo, sudah hafal dengan dirinya. Sehingga begitu masuk, pemeriksaan yang dilakukan petugas keamanan tidak terlalu ketat.

"Batunya banyak di dalam (Nusakambangan), jadi kalau perlu tinggal menyebrang saja, kalau sekarang sulit karena lagi musimnya eksekusi," ungkapnya.

Banyaknya warga luar kota yang datang ke Nusakambangan menjelang eksekusi, dimanfaatkan oleh sebagian pengrajin dengan mematok harga tinggi untuk batu tumpang yang dihaluskan tersebut. Mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 350 ribu. Padahal harga mentahan batu tersebut hanya 20 ribu hingga 50 ribu, tergantung ukurannya.

Parjo mengatakan tidak ada pungutan biaya sedikitpun dari pihak keamanan Lapas ketika warga mengambil batu yang berada di pulau Nusakambangan. Sebagai timbal balik biasanya warga memberikan batu hasil olahan secara cuma-cuma kepada para pegawai Lapas.

"Tida ada (pungutan), paling kita kasih batu saja," pungkasnya.

Batu Olahan Napi Nusakambangan

Tidak hanya di dermaga Wijara Pura, Penjaja batu akik juga tampak di Nusakambangan Timur, bagian dari Pulau Nusakambangan yang terbuka untuk umum. Bedanya, apabila di Wijaya Pura mereka tergolong pengrajin, karena merubah bongkahan batu kasar menjadi halus dan cantik dengan berbagai bentuk, di Nusakambangan timur mereka hanyalah penjual.

Batu yang dijajakan adalah hasil olahan atau kerajinan para narapidana yang tingga di Lapas Terbuka, satu dari tujuh Lapas yang ada di Nusakambangan. Menurut Sakim, seorang penjual di Nusakambangan Timur, para Napi memiliki keahlian dalam mengolah batu akik lantaran mendapat pelatihan terlebih dahulu.

"Kan yang tinggal di Lapas Terbuka yang hukumannya tinggal satu tahun kurang, jadi sebelum keluar mereka diberi pelatihan terlebih dahulu," Ujar Sakim, penjual di sekitar Nusakambangan Timur.

Batu hasil olahan para Napi memiliki sejumlah kelebihan. Salah satunya ada detil. Lantaran memiliki waktu luang serta peralatan yang memadai. Untuk mengambil batu olahan tersebut, lanjut Sakim dirinya mendatangi Lapas Terbuka satu minggu sekali, pada hari besuk. Disitulah biasanya para Napi menitipkan barang hasil olahannya untuk dijual.

"Kalau mau ambil batu, baru pergi (ke Lapas Terbuka), kan di sana tidak seperti penjara, tidak dikerangkeng besi, hanya rumah rumah yang isinya warga binaan," katanya.

Bermacam-macam harga batu yang dititipkan para Napi, kepada dirinya. Mulai dari mulai 50 Ribu Hingga 150 Ribu, tergantung jenis batunya. Untuk batu tumpang Nusakambangan, biasanya hanya dihargakan 100 ribu.

Sakim menuturkan pembeli batu akik buatan para Napi tidak terlalu banyak. Hal itu lebih dikarenakan, jumlah orang yang mendatangi, Nusakambangan timur masih terbilang sedikit.

"Engga terlalu banyak-banyak banget mas, karena yang ke sini juga jarang, hanya saja biasanya calon pembeli ketika disebutkan, batunya hasil olahan para Napi, mereka membeli," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini