Setelah digoreng, kacang kemudian dihaluskan.
Untuk membuat saus kacang, Suyati menyiram gilingan kacang dengan air asam dan gula aren. Dicampur dengan bumbu lain seperti garam, cabai, gula merah, bawang putih, dan kencur.
“Air asam itu buat menetralisir rasa gula. Kalau manisnya kacang bertemu garam itu kan, biar lebih kuat. Memperkuat rasa. Urutannya, yang diuleg pertama cabe rawit dan garam, baru kacang yang sudah digiling, baru air asam,” papar Suyati sembari meracik bumbu pada cobek batu berukuran besar.
Setengah Abad
Kesan klasik pada rumah makan ini tidak dibuat-buat.
Didirikan sejak 1971, rumah berwarna dominan hijau ini memang bergaya rumah lawas yang dipertahankan sampai saat ini.
Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak bersantap di dalam rumah, melainkan di teras L semi terbuka. Dengan tanaman di sekeliling teras, suasana bersantap serasa tak berasa bahwa Anda sedang berada di tengah pusat keramaian kota.
Gado-gado Wara-Wiri sendiri sudah mulai dijajakan tahun 1965. Artinya saat ini sudah berusia setengah abad. Awalnya gado-gado ini hanya dijajakan di bangunan kayu terbuka berukuran 2 meter persegi.
Di tahun tersebut Anda bisa menikmati gado-gado ini dengan harga tak lebih seratus rupiah.
Namun saat ini Anda harus mengeluarkan Rp 14 ribu untuk seporsi gado-gado Wara-Wiri.
Jangan Datang Diatas Jam 12 Siang
Jangan sekali-kali datang di atas jam 12 siang bila ingin mencicip gado-gado di tempat ini.
Karena nyaris bisa dipastikan menu yang satu ini sudah ludes dibeli pelanggan.