Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina Siahaan
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Selain pantai, masih banyak wisata alam lain yang disuguhkan Pulau Dewata yang digadang-gadang sebagai satu di antara pusat pariwisata di Indonesia.
Antara lain, pegunungan, danau, dan air terjun. Seperti Air Terjun Tegenungan yang lokasinya cukup dekat dari pusat kota Denpasar, yakni di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali.
Akses menuju lokasi ini sangat mudah, bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua, sekitar 45 menit dari Kota Denpasar.
Sebagai patokan menuju lokasi ini, bila datang dari arah Sukawati atau Batuan, setelah bertemu Patung Bayi Sakah, ambil arah kanan (arah ke pusat Kota Gianyar).
Tidak begitu jauh, setelah dari patung tersebut akan menemukan perempatan traffic light pertama.
Dari sana ambil arah ke kanan, yang mana akan ada penanda jalan yang menunjukkan arah air terjun tersebut.
Kurang lebih 1,5 kilometer dengan melewati area persawahan yang masih cukup asri, kemudian di kiri jalan akan tampak sebuah gapura menuju lokasi air terjun tersebut.
Setelah memasuki gapura tersebut, sekitar 500 meter, maka tibalah di kawasan Air Terjun Tegenungan yang dimaksud.
Meski tidak setinggi dan sejernih air terjun di kawasan Singaraja, namun air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter ini tak tak kalah populer.
Air Terjun Tegenungan memiliki tinggi sekitar 15 meter, yang berlokasi di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Hal tersebut tampak dari banyaknya wisatawan yang datang ke lokasi wisata ini.
Baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, serta masyarakat lokal Bali, khususnya yang datang dari Denpasar.
"I know this place from Internet. Our driver that took us here. And ya, its such a nice place. (Saya tahu lokasi ini dari internet. Sopir membawa kami ke sini, dan ini tempat yang bagus," ujar Jane, seorang turis asal Jerman.
Kelian Adat Banjar Tegenungan, Gusti Raka mengatakan awal promosi Air Terjun Tegenungan sebagai objek pariwisata dilakukan pada tahun 1989.
Barulah kemudian memasuki tahun 2.000-an, tempat ini dilirik para wisatawan.
"Tiap hari lumayan ramai yang datang, banyak bule-bule. Yang lokal lebih banyak dari kalangan anak muda," ujar Gusti, begitu pria ini akrab disapa.
Dua turis mancanegara saat mandi di Air Terjun Tegenungan, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Tiket Masuk Rp 5.000
Dikelola oleh warga Banjar setempat, untuk memasuki kawasan air terjun diberlakukan tiket masuk.
Yakni, untuk para wisatawan lokal sebesar Rp 5.000 dan wisatawan asing Rp 10.000.
Hasil uang tiket ini masuk ke dana banjar.
Per bulannya, dari pendapatan tiket tersebut diperoleh sebesar Rp 45 juta dan kemudian dialokasikan untuk pembangunan fasilitas objek wisata.
Sebagai fasilitas, hingga kini di kawasan air terjun juga disediakan toilet umum dan area parkir untuk motor dan mobil.
Air Terjun Tegenungan, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Rencananya akan ada penambahan fasilitas lain terkait hal keamanan dan keselamatan di kawasan air terjun seperti diungkapkan oleh Kepala Desa Kemenuh, Dewa.
Adapun beberapa warung milik warga Banjar yang menyediakan makanan kecil dan minuman bagi para wisatawan di sini yang berada di kawasan atas sebelum turun ke area air terjun.
Tak perlu khawatir, di bawah pun pengunjung akan menemukan beberapa ibu penjual minuman yang biasanya berjualan di bale-bale, tepat di sebelah tempat pemandian.
Lewati 144 Anak Tangga
Begitu memasuki kawasan objek wisata satu ini, pengunjung dapat melihat pemandangan Air Terjun Tegenungan dan sungai sekitarnya dari atas, tepatnya dari area warung.
Untuk mencapai air terjun tersebut, dari tempat parkir kendaraan, pengunjung harus turun melewati 144 anak tangga.
Sekitar lima menit saja dan tidak begitu terasa jarak untuk mencapai area bawah tersebut.
Belum lagi pemandangan hijau karena lokasi dikelilingi pepohonan hijau sangat menyejukkan pandangan dan menghilangkan rasa lelah.
Sesampai di area air terjun, pengunjung akan melewati ruas sungai bebatuan alami untuk sampai di pusat air terjun.
Akses jalan berupa anak tangga ini dibangun oleh masyarakat banjar setempat.
Seperti yang disampaikan oleh Gusti, dengan tenaga swadaya warga banjar Tegenungan mulai dari akses dan fasilitas yang ada adalah hasil gotong royong swadaya warga desa.
"Semuanya dari tenaga swadaya warga Banjar Tegenungan," ujar Gusti.
Kawasan Air Terjun Tegenungan, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Anda harus melewati 144 anak tangga. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Sempat diminta bekerja sama dengan Pemda setempat, namun dari pihak desa dan warga banjar menolaknya.
Disebutkan bahwa pembagian hasil wisata yang akan diterima jika disepekati, yakni 30 persen untuk desa.
"Memang bisa jadi akan ada fasilitas lebih baik jika dikelola pemerintah. Tapi pembagiannya dirasa kurang adil. Lagi pula objek wisata ini menjadi satu di antara pendapatan warga banjar sini," tambah Dewa.
Uji Adrenalin dengan Melompat dari Puncak
Selain berendam di bawah air terjun, hal yang cukup ekstrem dilakukan oleh wisatwan di sini adalah melompat dari atas air terjun.
Sebelumnya, mereka harus naik ke puncak air terjun dengan cara menaikki dan memanjat bukit di pinggir-pinggir air terjun tersebut.
Namun, untuk melakukan lompatan dari atas air terjun tersebut, harus didampingi guide yang bertugas.
"Boleh loncat dari atas, tapi harus sepengetahuan dan dengan didampingi guide di sini," ujar Raka.
Bukan sembarang larangan, karena hal ini diberlakukan semata-mata demi keselamatan para pengunjung sendiri.
Kawasan Air Terjun Tegenungan, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Terkait kondisi air sungai di bawah air terjun ini yang dipenuhi oleh bebatuan, yang mana bisa membahayakan bagi penerjun.
"Jadi dikondisikan tiap pagi, sebelum banyak pengunjung di area air untuk spot terjun dari atas, terlebih dahulu dibersihkan dari bebatuan. Sehingga aman kalau nanti ada yang melompat," ujar Dewa.
Diakui Dewa dan Gusti, sempat ada kejadian tidak mengenakkan terkait hal tersebut.
Beberapa waktu yang lalu terjadi kecelakaan yang dialami turis asal Singapura yang tanpa sepengetahuan siapapun melakukan terjun bebas di Air Terjun ini.
Hal ini lah yang kemudian membuat Raka memberlakukan aturan tersebut.
"Punggungnya retak kena batu-batu. Tidak ada yang tahu waktu itu dia lompat, tidak ada yang mendampingi," ujar Raka.
Agar tidak terjadi lagi hal serupa, tambahnya, dan para wisatawan pun dapat melali dengan nyaman dan aman di sini.