Untuk gulainya, rasanya gurih yang berasal dari santan yang menjadi kuah masakan tersebut, dan bumbu-bumbunya sangat terasa.
Rasa masakan bapak empat orang anak tersebut semakin nikmat karena masih menggunakan tungku berbahan bakar arang.
Dalam sehari Pak Kribo menyembelih dua ekor kambing sebagai bahan baku ketiga jenis olahannya tersebut.
Alasan Tak Hadirkan Sate Kambing
Sebagai warung yang menjual olahan daging kambing, Pak Kribo tidak memasukkan menu sate yang selama ini lazim ada di setiap tempat makan yang menjual olahan daging kambing.
Menurutnya, sejak awal berjualan dia tidak memasukkan sate karena dirasa memakan banyak waktu dalam mengolahnya.
"Semua masakan ini saya yang masak, untuk tetap menjaga kualitas rasanya. Jika ada menu sate, nantinya banyak pelanggan yang keteteran untuk dilayani," tambah Pak Kribo.
Resep yang dia gunakan dalam mengolah daging kambing di dapat dari bapaknya yang lebih dulu berjualan.
Tengkleng Pak Kribo di Sleman Utara yang gurih dan dagingnya empuk karena berbahan daging anak kambing usia delapan bulan (Tribun Jogja/ Hamim Tohari)
Untuk terus menjaga rasa masakannya, hingga saat ini semua masakan dimasaknya sendiri. Bahkan dia bapak empat orang anak ini enggan membuka cabang karena tidak ingin adalanya penurunan kualitas masakannya.
Selain terus menjaga kualitas masakan, Pak Kribo tetap mempertahankan suasana tempatnya berjualan.
Sejak awal berjualan hingga saat ini, dia mempertahanakan konsep lesehan sederhanan di emperan toko dengan penerangan lampu petromak.
Padahal selama ini banyak pihak yang menawari bangunan untuk bisa digunakan sebagai tempat berjualan.
Satu hal lagi yang hingga saat ini masih dipertahankannya adalah penggunaan angkring sebagai tempatnya memasak.
Dahulu para pedagang makanan olahan daging kambing memang menggunakan angkring, tetapi saat ini sudah banyak ditinggalkan, dan Pak Kribo berusaha untuk tetap mempertahankannya.