Namun tanpa diketahui pemerintah RI, ternyata Sekutu malah memperluas wilayah secara diam-diam dan melakukan penggeledahan yang tidak sah ke rumah penduduk untuk mencari senjata.
Hal inilah yang akhirnya menimbulkan insiden.
Sementara itu, jumlah pasukan sekutu semakin bertambah banyak, sehingga pada bulan Maret 1946 jumlah tentara sekutu mencapai sekitar dua batalyon.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan oleh pasukan sekutu, mereka juga secara diam-diam membantu pasukan Belanda untuk masuk ke wilayah Palembang.
Semakin lama jumlah pasukan Belanda semakin banyak.
Saat pasukan sekutu meninggalkan Kota Palembang pada Oktober 1946, mereka langsung menyerahkan kedudukan wilayah kepada Belanda.
Suasana Palembang semakin mencekam pada saat itu, banyak insiden bersenjata yang terjadi.
Ketika Belanda bersikeras untuk meminta Palembang di kosongkan, pemuda Palembang menolak dan akhirnya meletuslah perang tersebut.
Guna mengulur waktu, Belanda melakukan perundingan dengan pemuda Palembang.
Foto-foto pejuang di masa lalu dipajang di dinding beberapa ruangan Monpera Palembang. (Sriwijaya Post/Rahma Lia)
Selama perundingan berlangsung pada 1 Januari 1947, perang kembali pecah saat Belanda dengan menggunakan pesawat terbang, meluncurkan tembakan altilkeri, sementara dari sungai, Belanda menembakkan meriam-meriam dan senjata lainnya dari atas kapal.
Hanya dengan menggunakan senjata sederhana, serta memiliki tekat yang kuat untuk mengusir Belanda, pemuda Palembang memenangkan pertempuran tersebut.
Akibatnya, Belanda banyak mengalami kerugian, di antaranya stasiun radio Belanda yang berada di Talang Betutu hancur hingga tak bisa digunakan lagi, kapal-kapan milik belanda ditenggelamkan di Sungai Musi, serta tank-tank milik Belanda banyak yang rusak.
Setelah perang lima hari lima malam yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak, pada 6 Januari 1947, akhirnya dicapai perjanjian untuk gencatan senjata antara Belanda dan Pemerintah RI di Palembang.
Semua gambaran rangkaian peristiwa tersebut, diabadikan di sebuah relief yang ada di Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).