Laporan Wartawan Tribun Jateng/Rika Irawati
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Datang ke pasar klitikan (barang bekas) di kawasan Kota Lama, Kota Semarang, seolah membawa kita ke masa lalu.
Beragam barang yang sehari-hari ditemukan di zaman dulu bisa kita jumpai dan miliki.
Pasar klitikan ini berada di samping kiri Gereja Blenduk dan hanya dipisahkan Taman Srigunting, atau berujung di Jalan Letjen Soeprapto.
Puluhan pedagang menggelar dagangan di bawah lapak yang tertata rapi.
Pengunjung saat melihat-lihat barang di pasar klitikan (barang bekas) di kawasan Kota Lama, Kota Semarang. (Jateng/Rika Irawati)
Ada lampu petromak, iklan majalah atau poster sinetron era 1990-an yang sudah dipigura, juga perabot rumah tangga berupa keramik dan rantang.
Helm perang bahan kevlar, tas ransel belel tentara dari bahan kanvas, juga tersedia.
Meski tak lagi mulus namun barang-barang tersebut masih bisa dipakai.
Khusus kamera film, handphone seri pertama dari beberapa merek, radio serta pager, kondisinya rata-rata sudah rusak dan hanya berfungsi sebagai pajangan.
Barang-barang di pasar klitikan (barang bekas) di kawasan Kota Lama, Kota Semarang. (Jateng/Rika Irawati)
Ada juga uang kuno, baik rupiah maupun uang zaman penjajahan Belanda yang pernah beredar di Indonesia.
Predikat sebagai kota pelabuhan yang disandang Semarang di era penjajahan menjadi keuntungan tersendiri dalam hal keragaman barang, baik asal maupun jenisnya.
Harga yang ditawarkan pedagang relatif, tergantung nilai sejarah dari barang-barang tersebut.
Barang-barang di pasar klitikan (barang bekas) di kawasan Kota Lama, Kota Semarang. (Jateng/Rika Irawati)
Mulai dari Rp 10.000 hingga jutaan rupiah.
"Tapi, bisa dinego kok. Mayoritas yang datang adalah penyuka barang antik yang masih pemula. Jadi, lihat barang dan merasa sreg atau punya nilai nostalgia, mereka membeli," ungkap Fendy (40), seorang penjual barang jadul di pasar klitikan Kota Lama.