Laporan Wartawan Bangka Pos, Alza Munzi
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak lama dikenal sebagai penghasil timah utama di Indonesia dan nomor tiga di dunia.
Tidak heran, dua pulau ini yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung disebut sebagai gugusan timah yang membentuk pulau.
Tidak banyak yang mengetahui sejarah pertambangan timah di Bangka Belitung.
Padahal, sejak abad 18 Bangka dan Belitung menjadi tujuan persinggahan orang asing baik untuk berdagang maupun bekerja menambang timah.
Pada zaman itu, buruh-buruh tambang timah didatangkan dari Tiongkok. Asimilasi penduduk itulah, yang membuat kebudayaan Melayu Bangka dan Tionghoa berjalan beriringan.
Nah, di Kota Pangkalpinang sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat sebuah Museum Timah Indonesia (MTI), yang menggambarkan dan mencatat sejarah perjalanan pertambangan timah di Indonesia.
Berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pangkalpinang, MTI menjadi satu dari beberapa destinasi wisata di Bangka. Pengunjung dapat merasakan pengalaman era pertambangan timah tahun 1700-an, yang dihadirkan melalui benda-benda peninggalan pertambangan timah.
Pengunjung dapat melihat bentuk asli alat-alat yang digunakan oleh penambang masa itu dan ada pula replika kapal keruk.
Kapal keruk mulai dioperasikan tahun 1910 perairan Laut Bangka.
Sampai sekarang teknologi kapal keruk masih digunakan perusahaan tambang milik negara yakni PT Timah Tbk.
Di dalam museum tergambarkan, penambangan timah awalnya dilakukan secara sangat sederhana, melalui tenaga manusia pada abad ke-5.
Alat yang digunakan masih menggunakan linggis kayu dan sampai sekarang masih tersimpan di MTI.
Zaman bor Bangka mulai digunakan tahun 1885 yang diciptakan J E Akkeringa, seorang ahli geologi Banka Tin Wining. Alat ini mampu menggali sampai kedalaman 40 meter.
Sebelum bor digunakan, penambangan timah menggunakan peralatan gali terbuat dari kayu termasuk rantai kayu sebelum ditemukan besi sekitar awal abad ke-18.
Tidak kalah menariknya, di dalam MTI dapat diketahui sejarah Prasasti Kota Kapur pada masa Sriwijaya di Kota Kapur, Desa Penagan, Kabupaten Bangka.
Tugu Prasasti terbuat dari pasir yang berisi prasasti persumpahan yakni ancaman bagi yang menentang Raja Sriwijaya.
Tugu prasasti yang asli berada di museum pusat Jakarta.
"Ternyata masih ada barang-barang peninggalan masa lalu, seperti mangkok kapal keruk dan lokomotif kereta uap. Kalau tidak ke museum, rasanya tidak percaya," kata Andini pengunjung museum dari Kabupaten Bangka Selatan.
Sayangnya, memang tidak banyak warga Babel yang mau menyempatkan diri mengunjungi MTI.
Justru pengunjung dari luar Babel termasuk dari luar negeri yang tertarik ke MTI.
MTI cukup nyaman dikunjungi dan gratis. Lokasinya berada di tengah kota dan mudah dijangkau dari berbagai hotel penginapan di sekitar Pangkalpinang.
MTI dikelola PT Timah Tbk, yang berdiri tahun 1958. Gedung MTI merupakan bangunan bersejarah yang awalnya rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW).
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Bung Karno, Bung Hatta dan para pimpinan tinggi Indonesia yang diasingkan ke Bangka mengadakan perundingan bersama utusan PBB (Komisi Tiga Negara) tahun 1948 di gedung ini.
Tepat di halaman MTI, terdapat lokomotif uap peninggalan abad 19, yang dulu digunakan sebagai alat transportasi mengangkut hasil tambang timah.
Kepala MTI Taufik mengatakan, tren kunjungan wisatawan ke MTI terus meningkat. Sampai Mei 2015, sudah ada 4.000 orang mengunjungi MTI termasuk wisatawan luar negeri.