TRIBUNNEWS.COM - Berwisata di Singapura tidak melulu harus ke pusat perbelanjaan dan wisata pantai. Itu sih sudah biasa.
Ada satu obyek wisata di Singapura yang perlu Anda kunjungi ialah museum Peranakan di 69 Joo Chiat Terrace, Singapura.
Sebagian orang menyebut, Museum Peranakan The Intan.
Istilah peranakanmengacu ke warga keturunan Tionghoa di negara-negara kawasan Asia Tenggara yang telah berbaur dengan warga lokal melalui ikatan perkawinan.
Akibatnya, budaya mereka pun menjadi blasteran, dipengaruhi oleh khas asli China dan warga lokal. Dari luar rumah, museum rumahan ini layaknya rumah tinggal.
Namun begitu masuk ke dalamnya, suasana antik akan langsung menyergap Anda.
Pemandangan yang sangat mencolok adalah lemari dan kursi kuno yang pernah dipakai oleh kaum peranakan.
Selain itu, ratusan keramik lawas berjejer di lantai dan di tangga.
Hampir setiap sudut rumah dipenuhi oleh benda-benda kaum peranakan, mulai pakaian adat, kebaya, sepatu, lukisan, kursi malas dan ranjang tidur, hingga tempat penyimpanan sirih.
Perhiasan emas bermotif khas warga peranakan juga ada di sini.
“Semua tabungan saya ada di sini, tabungan saya buat memperbanyak koleksi,” kata Alvin Yapp, pemilik rumah sekaligus museum peranakan The Intan.
Berburu hingga Papua
Benda-benda peninggalan warga peranakan ini dikumpulkan Alvin yang sudah pensiun, sejak ia berumur 16 tahun.
Mantan pegawai Singapore Airline ini berburu benda-benda warga peranakan ke Malaysia, Thailand hingga Indonesia.
“Saya datang hingga ke Kalimantan, Sulawesi dan Papua,” tutur Alvin.
Koleksi yang ia dapat dari Indonesia adalah batik, kursi hingga kotak penyimpan sirih.
Banyaknya benda-benda khas warga peranakan dari Singapura dan negara sekitar, termasuk Indonesia, membuat Alvin diganjar penghargaan Museum Roundtable Award kategori Best Overall Experience oleh Dewan Heritage Nasional Singapura, pada 2011.
Museum ini tergolong unik karena satu-satunya museum peranakan di Singapura sekaligus rumah tinggal si pemilik.
Dengan jumlah koleksi yang mencapai ratusan item, museum ini pun layak disebut private museum yang lengkap.
Niat awal Alvin saat berbelanja barang-barang peranakan adalah menambah koleksi pribadi dan keluarga.
Namun setelah jumlah koleksinya berlimpah, teman-teman Alvin meminta izin berkunjung ke rumahnya untuk melihat koleksi.
Mereka meminjam tempat untuk minum teh atau sekadar makan bersama sanak keluarganya.
“Pemerintah meminta rumah ini menjadi museum. Tapi saya tidak didanai oleh pemerintah Singapura,” tutur Alvin.
Hingga kini, Alvin membuka pintu rumahnya untuk rombongan wisatawan. Tapi, tak sembarang tamu bisa berkunjung.
Rombongan pelajar, mahasiswa, dan grup pengunjung yang dibawa lembaga atau agen pariwisata yang sudah dia kenal, akan diterima.
Jika Anda boleh mengunjungi The Intan, Alvin akan menyediakan teh dan kue-kue khas warga Melayu.