News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Lampung

Masjid Jami Al Anwar, Masjid Tertua di Lampung, Terdapat Meriam Belanda

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Jami Al Anwar Lampung.

Laporan Wartawan Tribun Lampung, Heru Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Siang itu matahari kokoh di singgasananya. Sinarnya lembut menmbus kaca jendela Masjid Jami Al Anwar.

Cahayanya yang hangat menemani jemaah menunaikan salat dzuhur yang telah memasuki waktunya kala itu.

Masjid Jami' Al Anwar adalah sebuah kebanggan masyarakat Lampung.

Bangunan ini saksi sejarah perjuangan masyarakat Lampung yang sudah berdiri sejak abad 19, yaitu 1839 dan masih kokoh hingga melebihi satu abad.

Belum lama ini, masjid yang berada di Jalan Laksamana Malahayati Nomor 100 Telukbetung itu baru berbenah.


Meriam di Masjid Jami' Al Anwar, Lampung. (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)

Pemerintah Provinsi Lampung membenahi sisi atap yang sebelumnya bocor.

"Hayya 'alas salah," kumandang muadzin mengajak muslim segera menunaikan shalat.

Seiring panggilan tersebut, puluhan jemaah yang berasal dari masyarakat atau pegawai sekitar masjid mulai berdatangan meramaikan masjid.

"Di Ramadan tidak banyak aktivitas yang berubah seperti hari biasa," ungkap seorang pengurus masjid Jami Al Anwar sesaat sebelum dzuhur tiba, beberapa waktu lalu.

"Alhamdulillah ramai, kalau untuk lima waktu pasti, ditambah buka puasa dan tarawih," lanjut pria yang mengenalkan dirinya bernama Rusdi.

Duduk bersila di bawah salah satu dari enam tiang penyokong masjid tertua di Provinsi Lampung ini, pria paruh baya tersebut dengan penuh keakraban menceritakan kondisi akhir masjid yang ada di Jalan Laksamana Malahayati Teleuk Betung Selatan itu.

Menggunakan dana dari pemerintah Provinsi Lampung, masjid yang konon pembangunannya dimotori seorang ulama keturunan Kesultanan Bone, Sulawesi Selatan bernama Muhammad Saleh bin Karaeng ini direnovasi pada bagian atapnya.


Menara Masjid Jami Al Anwar Lampung. (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)

Rusdi menyampaikan, selama ini atap masjid menjadi masalah yang belum terselesaikan dan menyita tenaga pengurus masjid

"Atap kita yang lama itu kan model talang-talang gitu. Jadi kalau hujan, airnya suka menggenang, engga ngalir dan suka bocor," ujarnya.

"Kalau kita perbaiki satu titiknya, biasanya pindah lagi. Tambal sini, bocor sana. Gitu terus," keluhnya

Guna memuluskan perbaikan tersebut, kala itu atap Masjid Al Anwar, mulai dari genting, kap dan kaki-kaki yang lain dibongkar.

Hanya disisakan kubah tegak yang beridiri di atas enam tiang utama masjid yang terbuat dari kayu jati.

Pengurus mengatakan, renovasi tidak akan pernah menyentuh bagian kubah yang merupakan sejarah panjang masjid.

"Tapi cuma atap masjidnya aja, kalau kubah engga akan diubah atau rombak, karena itu sejarah yang kalau kita bakal rombak akan berdampak pada bagian sejarah panjang masjid ini," ujar Rusdi.

"Alhamdulillah saat ini masjid ini sudah kembali sedia kala dan bisa digunakan beraktivitas," katanya.

Salah satu tokoh masyarakat di Provinsi Lampung Cik Mat Zain, mengatakan masjid Jami Al Anwar masjid penuh sejarah bagi Provinsi Lampung.

Saat itu, kala bangunan masih berbentuk surau telah dijadikan sebagai pusat peribadatan dan pembinaan agama Islam bagi nelayan, pedagang, serta masyarakat setempat.

Sempat luluh lantak oleh imbas letusan Gunung Krakatau pada medio 1883, surau itu kembali dibangun ulang lima tahun berselang oleh tokoh Bugis bernama Daeng Sawijaya.

Bangunan bekas surau itupun, kini berdiri masjid Jami Al Anwar sebagai tempat beribadah masyarakat.

Terkait renovasi dan pemugaran, Masjid Jami Al Anwar telah beberapa kali mengalami pemugaran.

Pertama kali dilakukan pada tahun 1962. Renovasi ini tidak mengubah bentuk arsitektur Masjid Al Anwar yang telah ada sejak 1888.

Salah satunya adalah mempertahankan enam buah tiang penyangga di dalam masjid yang melambangkan jumlah rukun iman.

"Saya sempat melihat pemugaran tahun 1962 dan terus berkembang hingga kini. Namun, ciri khas berupa tiang penyangga sebanyak enam buah, dan masing-masing setinggi delapan meter masih tetap utuh dipertahankan," kata pria yang mengetahui banyak sejarah bangunan di Lampung.

Setelah pemugaran pertama tahun 1962, Masjid Al Anwar kembali mengalami beberapa kali perbaikan, yakni pada 1994 dan 1997.

Masjid yang berukuran sekitar 30x35 meter ini mampu menampung lebih dari 2.000 jemaah.

Pada masa pemugaran pertama, telah dibangun menara. Pada 1994, menara masjid ini mengalami perubahan menjadi 26 meter.

Selain sarat sejarah dan merupakan bangunan cagar budaya, Masjid Jami Al Anwar juga menyimpan benda peninggalan sejarah berupa meriam peninggalan kolonial Belanda dan naskah kuno.

"Di sana kurang lebih ada 400-an kitab kuno, dan meriam peninggalan zaman penjajahan Belanda yang terletak di halaman depan masjid ini," kata dia.

Kemashuran Masjid Jami' Al Anwar bukan hanya di seantero masyarakat Lampung.

Beberapa kali stasiun televisi nasional menyiarkan pemberitaan mengenai keberadaan masjid tertua di Lampung ini.

"Terakhir saat ramadan beberapa tahun silam, waktu itu Zurayda Salim liputan ke lapangan untuk acara Ramadan di RCTI," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini